namaku ondeng, begitu orang-orang dekatku memanggilku. nama itu berasal dari
bahasa nenek moyangku (selayar) yang berarti tubuh pendek dan gemuk -singkatnya
badan bulat-, nama itu pemberian dari kakek dan sesuai fakta masa kecilku
(mungkin juga saat ini) :D
aku lahir di tanah yang tidak bisa disebut kota, apalagi kota besar. masih
syukur dapat nama desa.
tidak berlebihan bila desa tempat kelahiranku menjadi damai dengan apa yang
alam berikan, laut yang bersahabat dan tanah subur nan menjanjikan kehidupan
layak,
namaku ondeng-begitu orang2 terdekatku memanggil-
satu hal yang ku rindukan adalah berangkat sekolah dengan rambut berponi,
berjalan beriringan dan uang saku 300 rupiah-bekal untuk beli es mambo dan
pentolan- dan berharap disekolah (TK) bisa nyanyi dan main bareng teman. simple
bukan? tidak ada gedget keren yang bisa dijadikan mainan, musim permainan
berganti mulai dari karet, kelereng, wayang, sampe musim serpok (alat permainan
dari bambu semacam pistol dengan peluru kertas yang dibasahi dengan cara
dikunyah), begitulah anak desa sepertiku menikmati masa kecil.
setiap sore, waktu ku habiskan dengan bermain dan menjaga kios kecil milik
nenek, melayani pedagang atau sekedar membantu memilah dan memilih hasil kebun
yang dibawa kakek dari kebun yang sekiranya layak untuk dijual, sering kakek
memberiku hadiah berupa jambu biji besar dan menggiurkan atau buah sawo yang
menjanjikan kesegaran. kejutan kecil nan manis dipenghujung hari.
ketika senja mulai merayu untu kembali ke peraduannya aku mengambil sebilah
tongkat andalanku sekaligus teman kerjaku berangkat menggiring itik untuk
kembali ke kandangnya, saat paling menyenangkan adalah mengumpulkan telur itik
di dalam kandang, bau yang menggoda hasil perpaduan antara kotoran dan makanan
itik tak sebanding dengan membayangkan makan malam dengan telur itik apalagi
dengan iming-iming uang saku lebih (200 rupiah) esok hari. tak banyak
mimpi yang ku panjatkan sebelum tidur ketika itu, berharap esok pagi nnek ingat
akan janjinya tentang tambahan uang saku. itu saja :)
namaku ondeng-begitu orang2 terdekatku memanggil-
hal paling menyenangkan lainnya adalah berdiri dengan gagah bak arits di
pilem-pilem di bagian depan vespa keluaran tahun 80an kakek alle-begitu aku
memanggil beliau- menyusuri desa, menikmati angin laut berhembus dan sesekali
berpapasan dengan burung pipit sore, kala itu pun aku tak banyak berdo'a,
do'aku hanya esok ketika liburan tiba mamak, bapak dan adikku datang dari desa
pelosok tempat mamak mengabdi pada negeri.
yah, aku tnggal terpisah dengan keluarga kecilku ketika aku masih sangat
kecil, mamak harus menunaikan kewajibnya sebagai abdi negara dengan mengajar di
satu desa pelosok dan tida terjangkau akses apapun, karena kau kawanku, besok
lusa akan kuceritakan padmu bagaimana desa itu mengajarkanku
tentang kesedrahanaan.
aku ingat, karena setiap hari jajanan di sekolahku adalah es mambo, aku
sering mengalami pembengkakan amandel, bila siangnya disekolah aku ngeyel makan
es mambo, maka harga matinya adalah sore demam akan menyerang hebat dan dengan
waktu bersamaan nenek akan berpidato panjang dan retoris tentang bahaya es
mambo sembari "memaksaku" mengkonsumsi tebu yang dibelinya dari
petani yang lewat samping kios. Dan sejurus kemudian demam akan turun
sendirinya tak perlu paracetamol atau apalah nama obat berbahan kimia bak
malaikat peyambung hidup. esok lusa kalian aka temukan banyak orang2 modern menyebutnya sebagai penemuan mutakhir.
namaku ondeng-begitu orang2 terdekatku memanggil-
tak rumit menjelaskan siluet bahagia masa kecilku, jelas dan pastinya membekas, dan aku rindu melebihi rinduku pada ombak dan batu karang di desaku :D