Kau tau?
Katika hujan tumpah
ruh seolah sedang mengamuk kepada tanah.
Dan seoraang gadis
menunggu resah di depan gerbang hijau berlindung paying, menunggu serpihan
hatinya yang tak kunjung datang
Dan 5 KM dari
gerbang hijau, seorang pemuda yang 5
menit pertama berharap cemas, semoga lagit menghentikan tangisannya.
Dan 10 menit
selanjutnya sibuk menebak-nebak perasaan serpihan hatinya di depan gerbang,
takut sang putri kemudian masuk dan menangis, hawatir ada pemuda lain yang
datang lebih dulu. Gundah
Dan 30 menit terakhir
sepurna sudah murkanya, si pemuda sibuk mengumpat hujan, serapah langit yang
tak kunjung berdamapi dengan
perasaannya. Gusar
Dan taukah kau?
Di ujung perempatan
jalan sana, di sebuah taman gedung yang sudah usang.
Dua tangkai mawar merah, yang dalam hitungan jam akan sempurna layu
dan bersatu kembali dengan tanah
Dan dua tangkai saat
ini sedang bersyukur penuh takzim.
Mengucap puji atas
pengendali langit, serta berterma kasih pada hujan
Sang Pengendali langit
teelah mengirim risalah kehidupan lewat hujan.
Membawa turunn titah
bahwa hidup akan berlanjut.
Dan kau tau??
Apa yang kemudian
terjadi setelah dua malam minggu dua serpihan hati itu saling merajuk, sibuk
meminta maaf dan sulit memaafkan, sibuk masing-masing menyalahkan hujan, memastikan
yang salah adalah ribuan tetes bening dari langit itu?
Taukah kau? Apa yang
kemudian yang berhasil mencipatakan senyum manis di bibir gadis itu?
Setangkai mawar merah.
Setangkai mawar merah
yang dibawa serpihan hatinya dari depan gedung kusam itu.
Dan kau tau. Apa yang
terjadi dengan satangkai mawar lainnya?
Ia merontokkan
bunganya dan membiarkan dirinya terkikis waktu, ia telah kehilangan bagian
jiwanya. Perih.
