Halo Ondeng....
Bagaimana kabar ibu kota? Sudah bersahabat belum? Apapun kesibukanmu sekarang semoga kamu tetap dilingkupi kebahagiaan ya ndeng...
Ndeng, aku berfikir ada baiknya aku menuliskan surat ini untukmu, bukan untuk apa-apa, hanya sekedar untuk meluapkan apa yang sedang ku rasa.
Ndeng, aku inget kata-katamu waktu aku sering menyambangi Jogja untuk menemuinya. Kamu selalu mengajakku untuk menginap di kosmu, tapi sesering itu juga aku menolak dengan berbagai alasan sampai waktu itu kau pernah ingatkan aku tentang suatu hal yang sekarang terjadi.
Mungkin kamu sudah tau jalan ceritanya dari kabar-kabar angin yang disampaikan burung-burung pipit yang terbang kesana kemari. Iya ndeng begitulah hidupku sekarang, aku harus bisa menerima bubur yang ku buat sendiri dari nasiku.
Kau lihat sendiri, kuliahku berantakan, keluargaku kecewa setengah mati, hidupku luntang lantung, bahkan laki-laki yang sekarang ini bersamaku membesarkan anak kami harus menanggung beban keluarga kecil kami.
Ndeng, setelah semuanya terjadi aku sadar apa yang aku lakukan di masa lalu adalah kesalahan yang ku ciptakan sendiri, aku sendiri yang membuka pintu menuju jurang itu ndeng. Aku sesak mengingat kebodohan itu.
Saat ini hidupku hanya sesempit rumah tempat tinggalku, setelah pindah dari rumah mertua dan rumah orang tuaku, aku kemudian memutuskan untuk pindah ke rumah kami tidak jauh dari rumah orang tuaku. Aku memulai hidupku ndeng. Meskipun terseok-terseok aku harus kuat, kuatku menjalani ini semua adalah caraku menebus kesalahan ini kepada orang tua dan anakku.
Sekarang, aku hanya dapat melanjutkan hidupku. Apapun keadaannya, suamiku sekarang tidak bekerja di bidangnya karena bagaimanapun, tungku kami harus tetap mengepul ndeng sedangkan profesinya yg di dapat dari kuliah bertahun-tahun tidak bisa menjanjikan apapun. Sekarang aku tak lagi mendengar apa kata orang tentang hidupku. Aku tau aku salah, ini semua karena ulahku. Tapi jika sisa hariku ku habiskan untuk mendengar ocehan orang, menyesal dan mengutuk keadaan apa mungkin semuanya akan kembali seperti sedia kala?
Saat ini senyum manis anakku-lah yang menjadi penguat, aku harus kuat demi dia. Hidupnya harus tetap berlanjut. Biar saja hidupku begini.... Ah ondeng....
Anakku tiba-tiba nangis, aku sudahi dulu ya. Besok-besok kita lanjit. Ku do'akan kamu bahagia, do'akn juga aku dan keluarga kecilku ya... Miss you Ndeng.
*sahabatmu yang sekarang jadi Ibu
~S.D