Berkunjung sepertinya kebiasaan yang sudah mulai langka ku lakoni akhir-akhir ini, ketika masih di jogja dulu sering ku jadwalkan diriku mengunjungi orang-orang yang ku kenal, mulai dari rumah Pakde atau krrabat yang lain, hanya sekedar mampir ke kosan teman sekelas, datang ke kontrakan teman kerja, atau ramai-ramai mwngunjungi rumah teman yang berdomisili di sekitaran jogja.
Sebenarnya ketika berkunjung, banyak hal yang ku pelajari, mulai dari 'say hay' saat menghubungi dan menentukan waktu yang pas untuk berkunjung dengan tuan rumah, menentukan hari, berkompromi tentang waktu luang dst..
Setelah sepakat waktu, kemudian aku akan mencoba menimbang-nimbang apa yang akan ku bawa dalam kunjungan kali itu, hmmmm... biasanya menyesuaikan dengan momen dan kesukaan si tuan rumah, nah kalau momen bisa disesuain seperti ulang tahun, momen kehamilan, sedang hujan, atau musim buah sesuatu, maka kesukaan tuan rumah akan menguji kedekatan kami. Misalnya saja, mengunjungi teman lama dan juga teman kerja yng ku tau sangat suka brownis kukus merk tertentu maka aku akan membawa brownis kukus. Hematku, membawa sesuatu ke tempat kunjungan adalah seni, seni bertamu dan berinteraksi. Karena menurut nasehat lama yang aku lupa sumbernya 'tahayyaduu tahabbu' (read: saling memberilah maka kalian akan saling menyangi)
Setelah menentukan buah tangan, aku belajar banyak dari interaksi antar tamu dengan tuan rumah, tamu dan tamu, juga interaksi antara anggota keluarga. Bagaimana suami berinteraksi dengan istri, anak dengan ayah, anak dengan anak, jika ada nenek bagaiamana interaksi mereka.
Banyak hal menarik yang ku dapat pada sesi interaksi ini, misalnya, pengalamanku beberapa bulan yang lalu mengunjungi rumah slah seorang kenalan di Bandung, ketika itu aku mendapat undangan berbuka puasa. Mereka tinggal di daerah perumahan itb, aku terpukau dengan bagaimana anak-anak mereka berinteraksi, tak butuh waktu lama untuk mengakrabi kedua anaknya, mereka bercerita banyak tentang sekolah mereka, tentang hafalan surat, tentang lomba yang mereka menangkan, tentang kegiatan favorit disekolah, makanan kesukaan mereka. Tentu saja semua informasi itu bukan hanya datang dari anak2 manis dan cerdas itu, tapi juga orang tua mereka yang nampak sangat mengerti bahwa anak2 mereka sedang dibangun image dirinya dihadapanku sebagai tamu.
Aku ingat sekali ketika bunda mereka membuka percakapan kami dengan berkata "mbak Din, mas Dimas ini juara favorite student of the year lho di sekolah", si anak yang disebut namanya tersenyum malu2" jelas sekali si Bunda sedang membangun kepercayaan diri anaknya dengan menyebutkan prestasi tertentu, si adik tidak mau kalah menyebutkan prestasi Bundnya dengan menunjuk deretan piala di ruang tamu mereka. Hal unik ini ku baca sebagai bentuk saling menghargai antar satu sama lain di dalam rumah. Aku mencoba menimpali sekenanya, sesekali berwow atau mengucapkan selamat dengan tos-tosan ala anak-anak. Hal-hal sederhana semcam ini ku maknai sebagai oleh2 untuk dibawa pulang, karena menurutku rumah sebagai tempat pertama manusia berinteraksi seyogyanya mampu membangun pondasi karakter sebelum anak berinteraksi lebih luas dengan lingkungannya.
Hari ini aku berkesempatan mengunjungi salah seorang kenalan yang dianugrahi anak ke-4nya, selain mendapat buah tangan balikan hihihi, ada oleh2 yang harus ku catat disini.
Kenalan yang ku kunjungi ini bekerja di salah satu kementrian, begitu juga istrinya. Memiliki empat orang anak dan masing-masing bekerja menurutku tantangan tersendiri. Si Ibu terutama, harus memegang multi-peran dalam rumah. Menurut observaasiku saja beberapa jam di rumah itu, si Ibu sigap sekali menyelesaikan beberapa pekerjaan kecil, mengganti popok, menyiapkan jamuan, bahkan masih sempat menggambar di atas sehelai kertas untuk dua orang putrinya yang sedang merengek untuk dpat mewarnai. Ibu harus multitalent dan multitasker, note it din! Batinku.
Kenalanku tadi bercerita tentang beberapa hal tentang anak mereka yang terkadang dibawa serta ke kantor karena tidak ada yang merawat mereka di rumah, bercerita tentang perpindahannnya dari satu kota dan kota lain karena tuntutan tugas, dan masih banyak lagi cerita2 menginspirasi lainnya.
Biasanya ada sesi dalam kunjung mengunjungi khususnya jika aku mengunjungi keluarga atau teman yang telah berumah tangga, pesan2, jokes dan wejangan yang mengarah kepada nasehat untuk segera menggenapkan dienNya, atau pertanyaaan pilihan ingin menjadi wanita karier atau di rumah saja, atau tentang kriteria2 khusus, atau juga nasehat manajemen konflik pada pasangan yang kesemuanya menjadi oleh2 berharga bagiku, karena aku tidak pernah tau kapan semua wejangan itu akan ku ingat dan ku laksanakan dan tentunya sangat berharga.
Di sesi akhir biasanya saling mendo'akan, ucapan terimaksih, senyumn hangat tersuguhkan.
Ah, memang saling menyambung silaturrahmi menjadi sangat berharga ketika kita mampu menerima apa saja yang disuguhkan 'hidup' pada meja (hidup) kita.
*edisi berkunjung ke ahsan kecil.
Mulai ditulis di srasiun cikini-selesai dikosan :')
23 oktober 2016
Hujan oktober