Kamis, 27 Oktober 2016

....

Tidurlah sayang bersama bintang gemintang
Bersama belaian sang malam
Pejamkan matamu dan ku kan datang
Datang bercengkrama dalam mimpi
Karena hanya dalam mimpi jarak tak berarti
Tidurlah sayang
Jika matamu tak mampu terkatup
Pulanglah sejenak dalam pelukku
Sebelum tidurmu
Mungkin kau butuh tau
Ada rasa yang ku simpan untukmu
Disini, disudut ruang yang kita namai hati
Ada harap yang selalu ku semogakan
Sama seperti malam ini, malam kemarin dan malam2 akan datang
Tidurlah sayang.

Depok. 10.00, 27102016

Minggu, 23 Oktober 2016

Oleh-oleh berkunjung

Berkunjung sepertinya kebiasaan yang sudah mulai langka ku lakoni akhir-akhir ini, ketika masih di jogja dulu sering ku jadwalkan diriku mengunjungi orang-orang yang ku kenal, mulai dari rumah Pakde atau krrabat yang lain, hanya sekedar mampir ke kosan teman sekelas, datang ke kontrakan teman kerja, atau ramai-ramai mwngunjungi rumah teman yang berdomisili di sekitaran  jogja.

Sebenarnya ketika berkunjung, banyak hal yang ku pelajari, mulai dari 'say hay' saat menghubungi dan menentukan waktu yang pas untuk berkunjung dengan tuan rumah, menentukan hari, berkompromi tentang waktu luang dst..
Setelah sepakat waktu, kemudian aku akan mencoba menimbang-nimbang apa yang akan ku bawa dalam kunjungan kali itu, hmmmm... biasanya menyesuaikan dengan momen dan kesukaan si tuan rumah, nah kalau momen bisa disesuain seperti ulang tahun, momen kehamilan, sedang hujan, atau musim buah sesuatu, maka kesukaan tuan rumah akan menguji kedekatan kami. Misalnya saja, mengunjungi teman lama dan juga teman kerja yng ku tau sangat suka brownis kukus merk tertentu maka aku akan membawa brownis kukus. Hematku, membawa sesuatu ke tempat kunjungan adalah seni, seni bertamu dan berinteraksi. Karena menurut nasehat lama yang aku lupa sumbernya 'tahayyaduu tahabbu' (read: saling memberilah maka kalian akan saling menyangi)

Setelah menentukan buah tangan, aku belajar banyak dari interaksi antar tamu dengan tuan rumah, tamu dan tamu, juga interaksi antara anggota keluarga. Bagaimana suami berinteraksi dengan istri, anak dengan ayah, anak dengan anak, jika ada nenek bagaiamana interaksi mereka.

Banyak hal menarik yang ku dapat pada sesi interaksi ini, misalnya, pengalamanku beberapa bulan yang lalu mengunjungi rumah slah seorang kenalan di Bandung, ketika itu aku mendapat undangan berbuka puasa. Mereka tinggal di daerah perumahan itb, aku terpukau dengan bagaimana anak-anak mereka berinteraksi, tak butuh waktu lama untuk mengakrabi kedua anaknya, mereka bercerita banyak tentang sekolah mereka, tentang hafalan surat, tentang lomba yang mereka menangkan, tentang kegiatan favorit disekolah, makanan kesukaan mereka. Tentu saja semua informasi itu bukan hanya datang dari anak2 manis dan cerdas itu, tapi juga orang tua mereka yang nampak sangat mengerti bahwa anak2 mereka sedang dibangun image dirinya dihadapanku sebagai tamu.

Aku ingat sekali ketika bunda mereka membuka percakapan kami dengan berkata "mbak Din, mas Dimas ini juara favorite student of the year lho di sekolah", si anak yang disebut namanya tersenyum malu2" jelas sekali si Bunda sedang membangun kepercayaan diri anaknya dengan menyebutkan prestasi tertentu, si adik tidak mau kalah menyebutkan prestasi Bundnya dengan menunjuk deretan piala di ruang tamu mereka. Hal unik ini ku baca sebagai bentuk saling menghargai antar satu sama lain di dalam rumah. Aku mencoba menimpali sekenanya, sesekali berwow atau mengucapkan selamat dengan tos-tosan ala anak-anak. Hal-hal sederhana semcam ini ku maknai sebagai oleh2 untuk dibawa pulang, karena menurutku rumah sebagai tempat pertama manusia berinteraksi seyogyanya mampu membangun pondasi karakter sebelum anak berinteraksi lebih luas dengan lingkungannya.

Hari ini aku berkesempatan mengunjungi salah seorang kenalan yang dianugrahi anak ke-4nya, selain mendapat buah tangan balikan hihihi, ada oleh2 yang harus ku catat disini.
Kenalan yang ku kunjungi ini bekerja di salah satu kementrian, begitu juga istrinya. Memiliki empat orang anak dan masing-masing bekerja menurutku tantangan tersendiri. Si Ibu terutama, harus memegang multi-peran dalam rumah. Menurut observaasiku saja beberapa jam di rumah itu, si Ibu sigap sekali menyelesaikan beberapa pekerjaan kecil, mengganti popok, menyiapkan jamuan, bahkan masih sempat menggambar di atas sehelai kertas untuk dua orang putrinya yang sedang merengek untuk dpat mewarnai. Ibu harus multitalent dan multitasker, note it din! Batinku.

Kenalanku tadi bercerita tentang beberapa hal tentang anak mereka yang terkadang dibawa serta ke kantor karena tidak ada yang merawat mereka di rumah, bercerita tentang perpindahannnya dari satu kota dan kota lain karena tuntutan tugas, dan masih banyak lagi cerita2 menginspirasi lainnya.

Biasanya ada sesi dalam kunjung mengunjungi khususnya jika aku mengunjungi keluarga atau teman yang telah berumah tangga, pesan2, jokes dan wejangan yang mengarah kepada nasehat untuk segera menggenapkan dienNya, atau pertanyaaan pilihan ingin menjadi wanita karier atau di rumah saja, atau tentang kriteria2 khusus, atau juga nasehat manajemen konflik pada pasangan yang kesemuanya menjadi oleh2 berharga bagiku, karena aku tidak pernah tau kapan semua wejangan itu akan ku ingat dan ku laksanakan dan tentunya sangat berharga.

Di sesi akhir biasanya saling mendo'akan, ucapan terimaksih, senyumn hangat tersuguhkan.
Ah, memang saling menyambung silaturrahmi menjadi sangat berharga ketika kita mampu menerima apa saja yang disuguhkan 'hidup' pada meja (hidup) kita.

*edisi berkunjung ke ahsan kecil.
Mulai ditulis di srasiun cikini-selesai dikosan :')

23 oktober 2016
Hujan oktober

Kamis, 20 Oktober 2016

cangkir putih

cangkir putih itu
menemani pagiku yang tak sedang putih
aku berlari
seolah mengejar
tapi yang ku kejar nampak meluap
jika cangkir putih itu terpaksa ku genggam
maka hangat adalah hadiahnya
meski hariku tak lagi putih
cangkir putih itu tetap disana
menyisakan ruang beronggakan senyap
yang terisi hanya dengan bulir-bulir kepedihan
cangkir putih itu
ku seduh di dalam kekosongannya
didih air menyeruak bersama wangi kayu manis
menusuk sanubari
karena kau kawanku
seruputlah hangatnya
peluklah manisnya
bawalah bersamamu rasa yang ada pada dirinya.
cangkir putih itu
menghantarkanku pada putih senja
putih malam
dan putih esok hari

cristal of knowladgeUI
21-10-2016
*inspiring by lecturer white cup of coffee :)

Minggu, 16 Oktober 2016

Selamat pagi

Selamat pagi cinta,
Secangkir kopi cappucino hangat dan beberapa pasang roti panggang dengan coklat diantara keduanya.
Pembuka yang manis untuk hari yang manis.
Dengan sedikit pahit kopi sebagai pengingat bahwa hidup tak selamanya manis dan hangat.

Selamat pagi cinta,
Mimpi apapun kita tadi malam
Semoga meluap bersama embun diujung cemara oktober
Mari memulai dengan harapan sang mentari

Selamat pagi cinta
Kita akan belajar mengeja rasa hari ini juga hari-hari akan datang
Ku mohon tataplah jemarimu berada diantara jemariku.
Menggenggam bersama.
Bersama kita akan tapaki jalan kita.

Selamat pagi cinta,
Salam pagi dariku di atas kereta.

Stasiun pasar minggu.
17 oktober 2016

Minggu, 09 Oktober 2016

mengapa kita butuh bercerita?

ini adalah pertanyaan yang dilemparkan seorang dosen dikelas kajian wacana minggu lalu, beliau mengawali kelas dengan pertanyaan "mengapa kita butuh bercerita?", pertanyaan yang cukup filosofis menurut saya, mengingat bercerita adalah hobi saya.

beberapa mahasiswa menjawab secara beragam , ada yang menjawab, karena manusia butuh hiburan
dan bercerita adalah salah satu hiburan, ada juga yang memandang bercerita adalah media berbagi dan menginspirasi, yang lain menjawab bahwa manusia dapat memperoleh pengakuan dari orang lain dengan bercerita.

setelah mendapat jawaban tersebut dosen tersebut kemudian memberikan jawaban versi dirinya yang tentu saj menggunakan frame wacana yang sedang kami bahas dalam kesempatan tersebut.
mengapa kita butuh bercerita? dosen tersebut memulai menjawab pertanyaannya dengan menceritakan potongan kisah hidupnya di masa lalu ketika berjuang mendapatkan kesempatan belajar ke benua seberang "australia"

waktu itu, sekitar thun 1991, beliau menyelesaikan sekolah tingkat pascasarjananya dan menghadapi kebingungan karena hasratnya untuk sekolah lagi semakin tinggi. salah seorang kenalannya menyodorkan tawaran beasiswa pemerintahan amerika lengkap dengan sederet syarat yang harus dipenuhinya, salah satunya adalah skor kemampuan bahasa Inggris TOEFL minimal 550. dengan modal nekat, beliau mengikuti tes dan mendapat skor 475. tentu saja skor ini tidak memungkinkan dirinya untuk mendaftar. dan beasiswa pemerintahan amerika itupun pupus di harapan.

skor tersebut kemudian menyadarkannya bahwa untuk dapat sekolah lagi dengan beasiswa, diriya harus memiliki kemapun bahasa Inggris yang memadai, ulailah usaha beliau belajar bahasa Inggris dengan mengantogi kamus saku kemana dan kapanpun beliau pergi. kemudian membiasakan diri membaca koran harian yang memuat laman berita berbahasa inggris sampai pada berlangganan koran internasional.

dua tahun berlalu, mimpinya untuk dapat melanjutkan studi belum pupus dan kabar bahagia itu datang menyapa. ada tawaran beasiswa dari pemerintah Australia yang hanya mensyaratkan skor TOEFL 450 dan menawarkan pelatihan bahasa Inggris selama  6 bulan. angin segar ini disambut hangat oleh beliau. beliau mendaftar dan kemudian lulu. yeeey. terbag ke Australia.

tiba di salah satu bandara di negera kangguru tersebut, belau menghubungi sanak keluarga yang menetap di sana untuk mengabarkan bahwa dalam beberapa jam kedepan dirinya akan tiba di kota tempatnya akan menggaet titel PhD. setelah berjalan dari tempat telfon umum tersebut, beliau kmudian menemukan dopet yang berisi puluhan lembar ratusan dollar, dalam keadaan bingung beliaupun menyerahkan dompet yang ditemukan tersebut kepada security.

singkat cerita, 4 tahun berlalu dan hari-hari mereka (dosen dan istri) di Australia dengan kulaih dan bekerja paruh waktu. hasil dari bekerja terebut ditabung dan pada saat sebelum pulang mereka mengosongkan tabungan mereka untuk dibawa pulang, namun kabar buuk datang. dompet dan seluruh isinya hilang. mereka putus asa dan mulai panik mencari ke seluruh swalayan tempat terakhir mereka berbelanja. dan ditengah harapan yang hampir saja terputus, seorang laki-laki paruh baya datang mengantarkan dompet lengkap dengan isinya yang tidak berkurang sehelai pun.

kejadian tersebut kemudian membawa ingatan belaiu kepada pengalaman menemukan dompet di bandara empat tahun yang lalu. dan ketika itu beliau tersadar bahwa berbuat baik akan selalu membawa kebaikan. entah kapan, dimana, dan dengan cara seperti apa,

kembali kepada pertanyaan "mengapa kita butuh bercerita?", dosen tersebut mengakui bahwa cerita perjalannya tersebut selalu diceritakan dikelas tempatnya mengajar, dan setiap kali menceritakannya dirinya selalu mendapat kekuatan baru, peahaman baru, kesadaran baru, dan penerimaan baru. karenanya beliau memberi konsep bahwa mengapa kita butuh bercerita? karena pada hakikatnya kita butuh memahami setiap potong kejadian yang kita alami, kita dengarkan dan kita rasakan. dan bercerita adalah satu dari cara yang bisa kita gunakan untuk memahami hal tersebut. tentu saja dengan bercerita bukan hanya kita yang memahami makna dari cerita tersebut tapi juga orrang lain yang menjadi pendengar ataupun pembaca cerita kita.

dengan bercerita kita sedang memahami secara utuh potongan-potongan kejadia sehingga insight demi insight kita dapat,d an kemudian menjadi bekal yang sangat berharga untuk merangkai cerita selanjutnya.

lets keep telling story :D

Daun merindu

Kemarin kau disambut hujan
Hari ini kau dilepas hujan
Kaupun bersama kenangan menerjang hujan
Kembali pulang pada pangkuan lumbung rindu
Dan akan kembali dengan kesetiaan
Tanah basah bersama kepergianmu
Begitu juga aku dan pipiku
Ada rintik sore tadi
Gerimis manis penutup hari
Kubiarkan diriku dialiri air langit
Karena ku yakin jika tak hujan ada daun yang merindu.

Depok, 9 okt 2016