Kamis, 27 April 2017

Masjid dan penutup hari

Sore ini aku sengaja menghabiskan sisa hari di beranda masjid kampus,  selain karena ada janji dengan kak Siti aku juga merasa sudah lama tidak duduk menikmati pemandangan yang menyenangkan ini,  danau berair tenang di samping masjid,  anak-anak yang berlarian di halaman masjid,  halaqoh-halaqoh yang terdiri dari tiga sampai empat orang,  orang-orang yang duduk sendirian di sepanjang pelataran. Menurutku pemandangan ini selalu istimewa.  Mendengar sayup2 suara tartil dan tahsin dari halaqoh itu dansuara tertawa anak-anak yang riang bagiku melodi indah sebagai penutup hari. 

Aku jadi teringat sore-sore di Robbani,  suasanya hampir mirip,  menjelang senja. Aku selalu mengambil posisi beranda sayap kiri masjid yang berhadapan langsung dengan hamparan berhektar sawah dengan latar belakang gunung dengan ukiran tebing menawan. Sekitar tujuh tahun yang lalu kebiasaan itu ku lakoni.  Selalu di tempat yang sama.  Aku menikmti melihat sekelompok burung pipit yang berbondong-bondobg kembali ke peraduannya,  para petani yang jalan beriringan di pematang sawah lengkap dengan cangkul dan capit mereka,  para santri yang masih bersiap-bersiap kemasjid,  dengan mukenah putih dan sajadah di bahu kiri juga mushaf di tangan kanan.  Pemandangan ini selalu istimewa.  Oiyah,  satu lagi.  Suara sayup Qori' masjid yang melantunkan surat andalannya 'Abasa dan al-mulk.  Perpaduan yang menawan bukan untuk menutup hari? 

Kebiasaan ini juga yang sering ku lakoni dulu di Bandung,  jika malas langsung kembali ke kosan di daerah angkot ungu,  aku selalu mwmilih duduk di maajid seberang kampus,  entah msjid Salman ataupun Batan,  aku suka saja melihat aktifitas para mahasiswa di masjid.  Menghibur jiwa.
 

Iya, masjid. 
Memang selalu tempat mencari hati yang tertinggal,  tenang,  penuh dengan energi positif, jauh dari hiruk pikuk dunia yang menggila,  terasa Rahman dan Rahim menyelimuti kita. Menurutku selain tempat ibadah, masjid selalu tempat tafakkur dan tarbiyah terbaik. 

Masjid UI,  27 april 2017
*sedang menabung untuk masjid travel :)

Selasa, 25 April 2017

Rindu (?)

Beratus senja terlewati
Berpuluh rembulan terhitung
Aku masih saja sibuk sendiri
Sibuk mengemasi rinduku

Ratusan kata terbaca
Puluhan puisi tercipta
Aku masih saja disini
Memintal rasaku sendirian

Jutaan bulir bening membasahi gunung pipi
Ratusan nasehat terucap
Tapi aku masih saja dalam sedu sedanku
Iya,  sedu sedang sendirian

Aduhawai waktu,
Bantu aku. 
Bantu aku memanggil jiwaku yang lama tertinggal
Bantu aku menghimpun serpihan hati lebamku.
Bantu aku,

Aduhai hati.
Balut saja lebammu sendiri.
Aku lelah.
Benar-benar sedang lelah... 

Senin, 10 April 2017

Perihal mimpi

Mimpi itu datang lagi,  entah pertanda apa. Apakah kau baik-baik saja?

(1) di mimpi itu kita terduduk bersisian,  entah apa yang kita berdua sedang pikirkan.  Kita sibuk menghitung rintik hujan yang jatuh di depan kita sembari mengumpulkan puzzle kejadian, kita menikmati suara dentum air. Kau diam,  akupun begitu.
Tiba-tiba kau berpindah ke hadapanku,  sekarng kita berhadapan,  sekarang di hadapanku ku temukan dua mata yang selama in ku rindukan lengkap dengan bayang-bayang kekhawatiran di dalamnya.  Nampak sekali gurat resah di wajahmu.  Kau pegang erat tanganku,  perlahan bulir-bulir peluhmu nampak,  wajahmu spontan panik,  nafasmu tersengal,  hanya ada suara nafas itu di sela-sela hujan yang meringsut reda. 

(2) aku masih terpaku di hadapanmu,  aku masih setengah percaya separuh bingung.  Perlahan ku hapus peluhmu dengan telapak tangan kosongku,  ku hapus peluh gelisah itu sambil bertanya dengan suara bergetar "Daeng, kenapa ki? ", kau jawab aku dengan isak tangis penuh sesak. Tangan kananku menghapus jejak air mata itu.  Kembali ku sebut namamu "Daeng", ku eratkan genggamanku, berharap sisa energiku  untukmu.  Tangismu mereda. Tapi peluhmu masih bersisa.

(3) sisa pertemuan itu, berlalu masih dengan kebisuan.  Kau tak menjelaskan apapun,  dan aku tak memahami apapun.  
Aku terbangun dengan mata sembab,  rupanya aku menangis dalam tidurku.  Apakah kau baik-baik saja?  Apakah minpi itu hanya lelucon? 
Bagaimana jika aku berdo'a agar mimpi itu dapat tersambung hingga ku tau gundahmu,  setidaknya aku akan berdo'a untuk itu. 

Apakah kau baik2 saja?