Mimpi itu datang lagi, entah pertanda apa. Apakah kau baik-baik saja?
(1) di mimpi itu kita terduduk bersisian, entah apa yang kita berdua sedang pikirkan. Kita sibuk menghitung rintik hujan yang jatuh di depan kita sembari mengumpulkan puzzle kejadian, kita menikmati suara dentum air. Kau diam, akupun begitu.
Tiba-tiba kau berpindah ke hadapanku, sekarng kita berhadapan, sekarang di hadapanku ku temukan dua mata yang selama in ku rindukan lengkap dengan bayang-bayang kekhawatiran di dalamnya. Nampak sekali gurat resah di wajahmu. Kau pegang erat tanganku, perlahan bulir-bulir peluhmu nampak, wajahmu spontan panik, nafasmu tersengal, hanya ada suara nafas itu di sela-sela hujan yang meringsut reda.
(2) aku masih terpaku di hadapanmu, aku masih setengah percaya separuh bingung. Perlahan ku hapus peluhmu dengan telapak tangan kosongku, ku hapus peluh gelisah itu sambil bertanya dengan suara bergetar "Daeng, kenapa ki? ", kau jawab aku dengan isak tangis penuh sesak. Tangan kananku menghapus jejak air mata itu. Kembali ku sebut namamu "Daeng", ku eratkan genggamanku, berharap sisa energiku untukmu. Tangismu mereda. Tapi peluhmu masih bersisa.
(3) sisa pertemuan itu, berlalu masih dengan kebisuan. Kau tak menjelaskan apapun, dan aku tak memahami apapun.
Aku terbangun dengan mata sembab, rupanya aku menangis dalam tidurku. Apakah kau baik-baik saja? Apakah minpi itu hanya lelucon?
Bagaimana jika aku berdo'a agar mimpi itu dapat tersambung hingga ku tau gundahmu, setidaknya aku akan berdo'a untuk itu.
Apakah kau baik2 saja?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar