Akhir-akhir ini saya gak tau kenapa, tiba-tiba merasa sedang diselimuti banyak sekali hal-hal positif, teman-teman positif, kegiatan posotof, dosen positif, pencapaian-pencapaian yang positif dann banyak hal lain yang menurut saya jadi nutrisi dalam dalam diri.
Sebenarnya kalau dibilang sedang sellow, saya sama sekali tidak. Deadline dimana-mana, janji bertemu teman2 lama, teman baru, relasi dan dosen. Banyak jadwal. Tapi entah ya, saya merasa energi saya sedang positif-positifnya. Alhamdulillah, saya yakin ini karunia yang indah sekali. That even money can't buy.
Apakah saya sedang jatuh cinta sampai sebegitu berenerginya? Tentu saja tidak, saya sama sekali sedang tidak jatuh cinta pada siapapun. Saya sedang jatuh cinta pada kebaikan-kebaikan orang-orang di sekitar saya. Banyak sekali orang baik, mulai dari bapak Gojek, interviewer, pengemis di depan kos, dosen, anak sma yg sampingan di kereta dan masih banyak lagi orang baik yang saya temui. Saya sedang jatuh cinta pada kebaikan, tentang keniscayaan yang dianugrahi Allah pada setiap hati kecil hambanya 'dhamir'.
Dulu saya pernah menghafal ada mahfudzat (kata mutiara) bahasa Arab yang kurang lebih begini artinya *keburukan itu menular* tapi hari ini saya yakin, bukan hanya keburukan yang menular, kebaikan-kebaikan juga menular, setiap orang baik menularkan kebaikan dalam dirinya kepada orang lain yang menjadikan orang disekitarnya damai dan merasa sedang dipeluk oleh keberkahan. Seperti itu yang saya fahami.
Tentang kebaikan, bukan sekedar giving material thing saya rasa, tapi juga mengucapkan terimakasih kepada kasir supermarket, senyum kepada bapak gojek yang sudah mengantarkan kita ke tempat tujuan, berdo'a dalam hati untuk keselamatan orang lain, mendengarkan curhatan teman dengan baik (gak sambil scrool feed ig), memberi tempat duduk pada wanita paruh baya, and sooo manything yang mungkin hal sederhana yang kalau kita sadari sebenarnya sedang memberi kebahagiaan pada jiwa kita sendiri. Menutrisi jiwa kita sendiri.
Beberapa hal yang saya tuliskan di atas adalah hal sederhana tanpa biaya yang membatu kita memahami makna senyum orang lain pada kita, entah kenapa, setiap kali melihat senyum ibu paruh baya yang kebetulan sedang berdiri di kereta dan saya persilahkan duduk. Saya merasa saldo kebahagiaan saya bertambah. That smile give me powers.
Saya bersyukur, masih diberi keberkahan untuk bisa bercengkrama dengan nurani saya meskipun frekuensinya sangat amat sedikit. Saya masih berlatih untuk lebih mendengarnya, mengajaknya berdiskusi, menentukan pilihan dan berjalan bersama. Iya Nurani... Bagian terkecil dari hati.
*di KRL dari bojong gede
15 september 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar