Selasa, 30 Agustus 2016

Kuliah perdana

Hari ini adalah hari kuliah perdana..jrengg...jrengg.. masih meraba-raba kemampuan, kesiapan, dan kekuatan.

Bismillaah...
Nawaitu at-ta'alluma li ridhollahi ta'ala
Wa izaalatil jahli
Wa ihyaa'i ad-diin

Selamat berjuang anak muda. Pertarungann baru saja dimulai.
Keep strong,positive and make a lot of du'a :)

FIB, 30 Agustus 2016

Minggu, 28 Agustus 2016

Dari balik jendela kereta

Dari balik jendela kereta
Ku temukan jingga senja menggelayut syahdu
Ku temukan bayang wajahmu jiga disana
Mencari alasan untuk merindukanmu
Mencoba menemukan kata yang tepat untuk yakinkan dirimu
Dari balik jendela kereta
Ku merindukanmu.

Diatas kereta, stasiun citayam
28 agustus 2016
5.26

Dari balik jendela kereta

Dari balik jendela kereta
Ku temukan jingga senja menggelayut syahdu
Ku temukan bayang wajahmu jiga disana
Mencari alasan untuk merindukanmu
Mencoba menemukan kata yang tepat untuk yakinkan dirimu
Dari balik jendela kereta
Ku merindukanmu.

Diatas kereta, stasiun citayam
28 agustus 2016
5.26

Sabtu, 13 Agustus 2016

Hujan

Siang ini aku akan berangkat ke bogor untuk mengambil beberapa lembar pakaian untuk bekal besok berangkat ke jogja, dari rawamangun mendung menggantung menyelimuti kota yang tak pernah terlelap ini.

Aku bersama kak Nung, aku mengendarai motor menyusuri jalan pramuka dan terjebak hujan beberapa rarus meter dari stasiun manggarai.

Tidak ada pilihan selain menerjang jutaan bulir air yang tak mamou melawan gravitasi itu. Aku tiba di gerbing kereta tepat 2 menit sebelum kereta berangkat dan lengkap dengan pakaian basah. Huufft. Dingin sekali.

Sati persatu stasiun ku lewati, setiap tasiunnya kereta berhenti beberapa menit, menurunkan dan menaikkan penumpang.
Entah krnapa, aku suka sekali kereta, sejak pengalaman pertamaku menumpangi alat transportasi yang tidak ku jumpai di tempat asalku ini.

Dari balik jendela, aku melihat orang2 distasiun berdiri dengan sabar menanti kereta mereka datang, mereka berdiri di belakang garis kuning. Melihat rumah2 berjejer rapi, spanduk, umbul-umbul dan juga bendera  merah putih yang berbaris distiap rumah. Oiyah ini bulan agustus bulan kemerdekaan.

Sudah di citayam, sebentar lagi bojong gede sampai.
Terimakasih hujan. Senang rasanya melewati perjalanan dalam hujan. Ibukota yang biasanya terik tadi sejuk sekali. Aku suka aroma tanah yang diguyur hujan. Aku suka aspal yang basah karena hujan. Ah hujan

Di kereta menuju bogor, 14 agustus 2016

Kamis, 11 Agustus 2016

Senja Tanpa pijar

Dari jendela kereta menuju kota hujan
Ku intip senja yang menggantung di atas gedung-gedung pencakar langit kota metro
Tak ada pijar matahari senja ini
Bulat, sempurna bulatnya
Oranye cantik sekali,
Secantik penutup hariku hari ini
Dari senja ada janji yang juga membulat
Untuk dapat menaklukkan hari esok
Menerima semua bercandaan waktu
Menyerahkan yang terjadi pada takdir
Namun tak menafikkan peluh
Begitulah senja
Memberi hiburan sederhana bagi para penikmatnya
Dengan tidak melulu berpijar
Namun juga dengan bulat sempurna
Hingga kitapun sadar, bahwa menjadi berbeda kadang diperlukan.

Depok-Bogor
11-08-16

Rabu, 10 Agustus 2016

Dengan alasan

Beberapa malam terakhir ini ada satu sesi pengantar tidur yang saya nikmati sekaligus saya khawatirkan untuk menjadi candu baru.

Sebenarnya bertukar cerita, mendengar dan (lebih banyak) didengarkan adalah cara saya untuk menemukan insight-insight baru, sara pandang baru, kekuatan baru, dan juga kebingungan baru. Dan saya menjalani ini tidak dengan banyak orang. Hanya orang-orang tertentu saja.yang mungkin punya kesukaan yang sama.

Setelah mendengar cerita, atau menceritakan pengalaman masa lalu saya hampir selalu menemukan kenyataan bahwa setiap apa yang terjadi pada diri kita memiliki setidaknya satu alasan mengapa kita harus mengalami hal-hal pahit itu, mengapa kita dipertemukan dengan orang-orang yang pernah mengisi hari-hari kita dan kemudian pergi, mengapa kita harus menemui kehilangan, merasakan sakit, memilih pilihan-pilihan sulit, dan mengapa2 yang lain.

Sesungguhnya. Semuanya kita alami dengan alasan. Hanya saja alasan yang kita fahami berbeda, atau mungkin berubah seiring berjalannya waktu. Maka tidak heran para tetua berkata *biarkan waktu yang menjawab*.

Alasan yang kita fahamipun berbeda terkadang kita bisa belajar memetik buah hikmah karena telah merelakan apa-apa yang terjadi dan juga tak jarang kita terkungkung dengan keyakinan yang kita bangun sendiri yang mungkin belum nampak kebenarannya.

Latihan melihat alasan2 inilah yang perlu dilatih dengan baik  Dan semoga kita termasuk yanh melihat alasan positif. :)

Bogor (yg katanya kota hujan tapi tetap panas)
*after nice long talk, 10 08 2016

Sabtu, 06 Agustus 2016

Mamak

Ini hari ke sepuluh aku meninggalkan rumah, meskipun sudah masuk tahun ke-11 ku merantau tetap saja homesick jadi penyakit akut, rindu akan kehangatan rumah selalu saja datang memberikan kehangatan tersendiri bagi kami, tiga bersaudara yang kini merantau ke tiga pulau yang berbeda. Entah mengapa, semakin hari, semakin saya merasa bahwa rumah adalah tempat pulang paling hangat, paling hebat, paling tepat.

Sama seperti kemarin-kemarin Mamak selalu menelfon kami semua setiap harinya, memastikan hal-hal kecil nan berarti, bertanya apa kegiatan kami, sudahkan kami makan 3 kali sehari, lauk apa sampai hal-hal detile lainnya. Dan itu ditanyakan setiap hari kawan.

Beberapa hari terakhir ini saya sadari betul, mamak dan Bapak sedang mencoba move dari kepergian kami ke masing-masing tanah rantau. Seperti kemarin. Padahal baru sore mamak menelfon, ketika Isya' Mamak mengirimkan pesan yang berhasil membangkitkan perasaan kami anak-anaknha, begini bunyinga "Bagaimana kabar anak-anakku sayang?", membaca pesan singkat ini menghangatkan sekali, seperti merasakan dekap hangat beliau yang tiba datang ketika kami tertidur. Ah Mamak.

Beberapa waktu lalu, sengaja ku hadiahkan smartphone untuk Mamak, pikirku, ya untuk sekali2 mamak besok lusa melihat wajah kami dengan aplikasi videocall.
Karena saat ini, kamipun sadar, mamak mendamba keberadaan kami. Harapan yang sulit kami aminkan.

Aku ingat betul sekitar dua tahun yang lalu, ketika kami semua terhubung pada telfon konverensi dari tempat kami  (anaknya) masing2 yang kami biasakan setiap dua minggu sekali mengingaat Kholis si Bungsu sedang berada di asrama dengan sederet aturan, kedua adiikku menggodaku tentang mengapa kakak mereka ini belum juga memperkenalkan sosok laki-laki yang sedang dekat dengannya kepada mereka. Tentu saja mereka bercanda.

Ku ingat betul respon mamak ketika itu menjawab pertanyaan usil kedua adikku. "Kakak kalian itu, hatinya sudah penuh dengan cinta untul kita berempat (Mamak,Bapak. Kedua adik) jadi belum ada space yang pas untul bisa dimasukin orang lain"
Ketika itu kedua adikku tertawa lepas sekali, seolah mengatakan 'benar juga ya', aku? Diseberang sini aku tersenyum lebar dan beberapa detik kemudian bulir2 bening itu tumpah. Aku bahagia, sebahagia miss universe yang baru saja mendapatkan mahkotanya. Aku terharu, betapa mereka mampu membaca yang selama ini ku upayakan sambil mengangguk ku iyakan.

Tanggal 27 Juli kemarin, Mamak Ulang Tahun, tak sempat ku tuliskan apa-apa diblog ini, selalu saja gagal aku menulis tentang sosok yang telah mempertaruhkan hidupnya untukku, bahkan sebelum kami bertemu. Bukan karena malasku, tapi setiap masuk pada scene2 tertentu tanganku seolah kelu, tak berkutik. Mungkin besok lusa tulisan itu bisa ku selesaikan.

Kami sayang Mamak, wahai wanita yang kasih sayangnya tak terbahasakan dengan hanya 27 huruf alfabet.

Rawamangun, 7 agustus 2016
1.27 WIB

Sederhana

Banyak hal sederhana yang bertahan sangat lama, kita mungkin tau betapa sederhana kehidupan sepasang kakek-nenek dalam film kartun yang berjudul up, tapi kita mengharu-biru bukan? Betapa mereka memelihara cinta dengan penuh kesederhanaan, penuh rasa "saling". Cinta mereka tak butuh pengakuan sejagad raya.

Kita juga mungkin kenal Sheila On 7, grup band yang terdiri dari beberapa orang dan sempat membius penikmat musik tanah air dengan lirik-lirik sederhana mereka di era 2000an, tapi lihat kesederhanaan lirik merekalah yang menjadi primadona sampai saat ini, menurut saya kesederhanaab lagu merekalah yang menjadi alasan eksistensi band yang dlhir di kota istimewa Jogja ini. Tema lagu mereka sederhana. Persahabatan, perjuangan, semangat, roman, putus cinta dan kawan-kawannya. Tema2 yang akan selalu hidup disetiap generasi.

Untuk para pecinta Novel, mungkin karya Ahmad Tohari salah satu karangan yang bertaha  karena kesederhanaannya. Penggunaan bahasa, pemilihan diksi, setting sampai nama tokohnya diramu sesederhana mungkin. Hingga tidak heran novel-novel karya Pria Ngapak satu ini tidak sulit dicari. Masih ada.

Di dunia pendidikan, lihat bagaimana pesantren-pesantren klasik yang mempertahankan pilar-pilar yang syarat akan makna kesederhanaan. Fasilitas, guru, sumber belajar. Tak banyak mencocokkan diri dengan perkembangan memang, tapi jangan tanya bagaimana mereka mengilhami ilmu. Menjaga betul apa2 yang diwariskan sang guru, tumbuh menjadi pribadi-pribadi menakjubkan dikemudian hari.

Begitulah hal-hal sederhana bertahan, akan tetapi pada peraturan keseimbangan yang telah diramu semesta, bahwa bebrrapa hal telah tertakdir sederhana, namun beberapa hal lainnya tercipta rumit dan butuh perhatian. Semoga kita bisa berlatih menempatkan pada keadaannya masing-masing.

Rawamangun, 6 august 2016

Rabu, 03 Agustus 2016

Outfit yang terancam

Outfit yang eksistensinya terancam karena tergilas regulasi
Setia menemani menginjakkan kaki ketika sekitar pergi
Outfit paling aman diajak berpetualang
Ah sayang sekali
Keberlangsungannya sedikit lagi punah
Karna kaki ini dalam beberapa kurun waktu menghindar dari gunung, menjauh dari air, dan bersahabat dengan paving huhh
Tapi tenang saja, tak kan kuajak kau tenggelam dan berjejer bersama sepatu berkelas sosialita
Kita tetap akan berjalan bersama, melewati kerikil ibu kota
Kau siap?
Baiklah

Cempaka putih, 3 agustus 2016

Senin, 01 Agustus 2016

Lantas, apa yang ku bisa?

Di bawah remang-remang lampu belajar
Aku duduk dibelakang meja belajar minimalis ini
Kupeluk hangat cangkir kopi toraja yang menggoda ini ditangan kiriku
Mencoba menyalurkan hangatnya dalam beku yang kusimpan lama ini
Di tangan kananku, pena tinta hitam
Persis di depanku, tergeletak selembar kertas putih bergaris merah jambu
Tapi..
Kau tak ada di sampingku.
Lantas?
Apa yang bisa ku tulis selain rindu?
Apa yang bisa ku baca selain jarak?
Apa yang bisa ku eja selain langkah gopohmu yang entah dimana.
Ku tinggalkan semuanya.
Karena ada banyak dongeng yang ku distorsikan menjadi hayal nyata.

Bogor, 2 agustus 2016
*inspiring by the couple