Alkisah disebuah negeri seberang Ghor yang seluruh penduduknya buta. Seorang raja bersama dengan rimbongan dan seekor gajah perkasanya melewati negeri itu. Rakyat berhasil dibuat terkagum-kagum dengab kemasyhuran gajah tersebut.
Beberapa orang dari rakyat kota tersebut menyambangi tempat raja hendak mengetahui bentuk gajah yang namanya disebut-sebut seantero negeri.
Karena sama sekali tak tahu rupa atau bentuk gajah, mereka hanya bisa meraba-raba, mencari kejelasan dengan menyentuh bagian tubuhnya. Masing-masing hanya menyentuh satu bagian, tetapi berpikir telah mengetahui sesuatu.*
Sekembalinya ke kota, orang-orang yang hendak tahu segera mengerubungi mereka.
*
Mereka bertanya tentang bentuk dan wujud gajah, dan menyimak semua yang disampaikan.
Orang yang tangannya menyentuh telinga gajah ditanya tentang bentuk gajah. Ia menjawab, "Gajah itu besar, terasa kasar, luas, dan lebar seperti permadani."
Orang yang meraba belalai gajah berkata, "Aku tahu yang lebih benar tentang bentuk gajah. Gajah itu mirip pipa lurus bergema, mengerikan dan suka merusak."
Terakhir, orang yang memegang kaki gajah berkata, "Gajah itu kuat dan tegak, seperti tiang."
Masing-masing hanya menyentuh satu bagian saja, dan keliru memahaminya. Tak ada akal yang tahu segalanya. Semua membayangkan sesuatu yang salah.
***
Dulu, ketika masih di bangku sekolah dan hidup di asrama nasehat-nasehat ajaib banyak sekali mengalir yang keajaibannya baru terasa saat ini. Salah satu nasehat andalan Buya di awal tahun ajaran adalah *jangan menjadi orang buta yang meraba gajah*, nasehat ini semacam kalimat *selamat datang* untuk siswa baru setiap tahunnya.
Dulu, saya mengartikan nasehat ini sederhana sekali bahwa orang buta yang meraba tubuh bagian-bagian tertentu dari gajah akan mendefinisikan gajah sebagai apa yang yang dipegangnya.
Ternyata setelah melihat, mendengar, melakukan hal2 baru lainnya barulah pemahaman tentang meraba gajah ini sedikit demi sedikit ku (usahakan) untuk memahami bahwa untuk melihat sesuatu baik itu masalah, fenomena, isu, pilihan, pandangan dan juga perbedaan, kita tak cukup hanya dengan *meraba* dari satu sisinya saja atau dari satu perspektif saja.
Perlu berlatih melihat dari berbagai sisi agar masalah kemudian tidak menjadikan kita terpuruk melainkan menjadikan kita tumbuh lebih kokoh, pilihan tidak menjadi kita terkungkung tapi lebih cermat, perbedaan tak menjadikan kita berbisah melainkan menjadi lebih kaya, dan masih banyak hal2 lain yang kemudian menjadi jauh lebih baik dengan kebiasaan kita memandang dari berbagai sisi/perspektif.
Mari berlatih :)
Bdg, 13 romadhon 1437 H
18 juni 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar