Sabtu, 23 April 2016

Tanah rantau keempat

Di tanah ini, senja dan mentari tak nampak jingganya
Mungkin karena balok-balok menjulang tinggi itu mengalahkannya
Di tanah ini, setiap orang berjibaku dengan diri dan pikirannya sendiri
Seoalah kebahagiaan tak dapat dipertaruhkan
Bahkan tuk tersenyum saja, aku harus menjadi aneh terlebih dahulu
Di tanah ini, hidup sepenuhnya dikuasai masa depan
Tak ada harga untuk sapa hangat dan seutas senyum
Tapi di tanah ini
Waktu, mendapat tempat disetiap langkah kaki
Rasa hormat padanya setinggi balok-balok itu
Segalanya berkejaran dengannya
Meski terkadang nampak semu, fatamorgana dan tak bernyawa
Di tanah ini, terlalu banyak topeng bertebaran
Yang semetinya tersedu, malah terbahak
Yang mestinya tergelak tersekat
Di tanah ini, entah apa definisi bahagia
Mungkin, perlu tinggal barang sewindu

Di tanah ini, ditanah rantau keempat

Parahiyangan, 24042015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar