Rabu, 25 Mei 2016

Daun jatuh

Daun jatuh selalu saja berhasil mengingatkan kita bahwa tak ada satupun di atas muka bumi ini yang lepas dari kehendakNya,

Daun jatuh selalu saja mengingatkan kita bahwa untuk dapat tetap bertahan hidup, akan ada bagian dari kita yang harus direlakan pergi, jatuh, terlepas, dan berpisah.

Daun jatuh selalu menasehati kita tentang, pun kita dalam keadaan paling bawah dan telah gugur kita masih bisa bermanfaat bagi pohon ataupun makhluk lain.

Daun jatuh seringkali mengingatkan kita tentang pada waktunya nanti kita akan meninggalkan ketinggian dan kembali pada tanah.

Daun jatuh berceritra tentang mengapa angin harus berhembus, mengapa panas haruslah terik, mengapa hujan mesti turun.

Daun jatuh seringkali menyadarkan kita bahwa ukuran, warna, tempar dan juga rasa tak cukup kuat menajdikan kita tetap diatas, karena jatuh nampak sebagai keniscayaan

Daun jatuh di samping masjid Batan, 26 mei 2016

Selasa, 24 Mei 2016

cerita semangkuk sup

"khoiru al idaam al juu'" pernah dengar kata ini? mungkin dalam bahasa Indonesia ini artinya "lauk terbaik adalah rasa lapar", saya tiba-tiba teringat kalimat ini setelah tadi sore memasak semangkuk supkrim-resep dari kak Ita- yang saya santap dengar beberapa lembar roti tawar panggang.
sebenarnya beberapa waktu terakhir memang saya menyempatkan diri memasak sayur sendiri karena merasa asupan sayuran saya minim. sup krim ini saya akui baru pertama kali saya coba masak sendiri. tapi jangan tanya rasanya, emang enak? iam not sure too hahah.
tapi saya menikmati sup krim ini karena beberapa faktor, diantaranya: di luar sedang hujan jadi hangatnya supkrim ini cukup berhasil menghangatkan, perut saya yang amat sangat lapar menjadikan sup ini jaauh lebih istimewa dibandingkan makanan lainnya, porsi jumbo plus dua lembar roti tawar daaan kerinduan saya pada sayuran terobati.
nah dari sekian banyak faktor itu saya merasa faktor utamanya adalah: keadaan lapar ketika menyantap semangkuk sup ini, karena (menurut pengalaman) mau seenak apapun makanan yang kita makan tapi kalau perut kita kenyang, alamat makannya biasa aja :) itu kenapa "lauk terbaik adalah (lauk yang dimakan) ketika lapar".
"sama sekali tak istimewa, mungkin hanya rasa lapar yang membuatnya terasa nikmat, karena itu akupun tak yakin aku dapat memasak ini dengan baik untukmu kelak hingga kau akan selalu merindukan rumah kita"
Berbicara masalah masakan, saya jadi ingat kebiasaan bersama teman satu kontrakan dulu di malang, kami berdua sepakat untuk belajar memasak tanpa msg dan mengkonsumsi sayuran  dan buah segar, alasan kami waktu itu cukup sederhana, yakni agar esok lusa kami terbiasa memasak untuk suami dan anak tanpa msg dan juga hanya menyuguhkan mereka makanan terbaik *haaseek :D

saya ingat pekarangan rumah kontrakan di malang dulu penuh dengan berbagai jenis sayuran organik mulai dari sawi, kangkung, terong, bayam, cabe, tomat, strowberi, kucai, sampai daun sirih dan kumis kucing, sebenarnya tetangga kami yang baik hatilah yang menanam semuanya, saya hanya membantu menyiram atau sekali-kali juga menanam, beliau beberapa kali berpesan, "Din, paling tidak setiap harinya makanan yang dimakan oleh suami dan anak kita itu sehat", oleh karena itu setiap paginya Ibu tetangga kami ini selalu memasak sayuran berwarna hijau untuk menu sarapan anak sebelum berangkat sekoalh atau suami sebelum beraktifitas, dikala itu saya yang masih lugu ini (apaa? lugu?) cuma mengangguk mengiyakan. mungkin besok lusa nasehat berharga ini sangat bermanfaat. Terimakasih Ibu,

Saya bukan perempuan yang lihai di dapur, bahkan sering lupa mana yang merica mana yang ketumbar, sering tertukar mana kencur dan jahe, tapi saya selalu ingat pesan mamak tentang masak dan masakan, bahwa selama masakan itu di masak dengan hati, rasa cinta juga percaya diri, rasanya akan jauh lebih baik. itu kata mamak setiap kali saya nimbrung di dapur.

dihadapan mangkuk Sup yang telah kosong,
Bandung Dingin, 24 Mei 2016

Sabtu, 21 Mei 2016

what the more-than?

what the more romantic than this one?

when you see them at the Mosque with their forehead on the floor
praying side to side trying to purify the soul

what the more romantic than this one?
when we meet we lowering our gaze to get our eyes off
the woman covered and she love it cuz she do it for the Lord
the man asked her for her hand but her daddy said "no"

what the more romantic than this one?
they make dua for eachother
That one day they pray salaat togather

what the romantic than this one?
you tell her name on your last sujood
and ask him to the Owner One

and all i gotta say is Bismillah.

#terinspirasi oleh lagu Dee Squad
bdg.22-5-2016

Mengendap

Ada yang harus diendapkan malam ini
Tentang air, kabut, lumut, lintah, hujan dan senja dari hari ini
Ada yang patut diendapkan malam ini
Tentang kawan, tawa, luka, masa lalu, senyum, rasa juga harapan yang tersaji siang tadi
Ada yang memang harus terndap dan terisisa begitu saja
Esok kan dicoba untuk meramu betapa wajah bercerita lebh banyak dari sebenarnya.
Malam!

Bandung dingin, 21 mei 2016
(tadi outing bareng temn2 kelas PB ke dago pakar)

Jumat, 20 Mei 2016

apa kabar sahabat kecil?

dokumen pribadi

lihat tawa mereka
lepas, seolah tak pernah ada tangis.
lihat mata bening mereka,
jernih, seolah enggan meneteskan air mata ke bumi
lihat senyum tulus mereka
jujur, tak pernah sungkan
lihat wajah polos mereka
sederhana, seolah tak ingin mengerti topeng-topeng itu
dengarkan..
dengarkan gelak mereka,
renyah sekali, tak peduli apa yang esok janjikan pada kehidupan
bagi mereka segalanya menjad sangat sedehana
sesederhana bulat bola oranye itu
sesederhana sandal mambo disepasang kaki mungil mereka
sesederhana kuncir rambut ikal mereka
ah.
apa kabar sahabat-sahabat kecilku?
tetaplah dengan tawa itu, mata berbinar itu, senyum dan juga wajah polos itu
karena, esok lusa kita tak pernah bisa menebak
menebak permainan apa yang hidup suguhkan pada kalian
apa kabar sahabat-sahabat kecilku?
rindu aku pada kalian
pada lari-lari kecil kalian
pada jiwa berani kalian
kapankah waktu perkenankan kita bermain kembali?
tumbuhlah sahabat-sahabatku
menjulanglah tinggi kelangit
bercabanglah nan lebat
tapi jangan lupa akar kuat mengikat ardi
tumbuhlah sahabat-sahabatku
esok bola oranye itu akan kita gelindingkan bersama
kau masih boleh menangkapnya, bahkan melemparkannya kembali
karena esok lusa permainan kita akan disaksikan ombak juga samudra
tumbuhlah sahabat-sahabat kecilku.

*salam rindu dari sahabat kalian di kota lautan romantika
Bandung, 20 05 2016

Kamis, 19 Mei 2016

Merpati terbang

sore tadi (seperti sore sebelumnya) kuputuskan untuk tidak langsung kembali ke kos setelah usai kelas terakhir dah di kelas hanya tersisa Wiwit dan aku, setelah ngobrol singkat dengan bang Ismud dan mas Suyut datang kami pun bergegas menuju masjid Salman dan meninggalkan bang Ismud yang sedang mengerjakan sesuatu dengan laptopnya di dalam kelas. 
Di perjalanan menuju masjid kami berpapasan dengan bang Link dan juga bang Sony yang hendak menonton film yang baru saja Launching hari ini, dan sebelum tiba di masjid, kami juga berpapasan dengan bang Hatir juga bang Ikhwan, mereka memutuskan untuk bergabung bersama kami.
Selepas sholat dan mencari tempat yang nyaman, kami pun melingkar dan bertukar cerita tentang betapa dahasyatnya perjuangan tugas akhir masing-masing kami. bang Ikhwan misalnya, harus berhadapan dengan dosen yang terkenal killer atau bang Hatir yang punya cerita dengan dosen yang berhasil dibuatnya menangis, atau Wiwit yang berhasil melewati bimbingan bersama sang Profesor cool, mas Suyut yang berhasil mengacak KBBI dalam tugas akhirnya. ah..apalah aku, yang ditinggal pensiun dosen pembimbing.. hiihihi
pembicaraan kami terhenti karena peringatan sholat Maghrib terdengar dari masjid, setelah menyantap takjil kamipun segera menuju bagian dalam masjid untuk sholat.
setelah sholat maghrib, kami memutuskan untuk makan malam bersama di salah satu warung soto, dan pembicaraan kami berlanjut tentang kebiasaan berbelanja, dan hal-hal konyol lainnya. sebelum pesanan kami siap, ada dua anak yang sedang mengamen, yang ku dengar hanya dua lirik lagu dan petikan gitar yang di petik sekedarnya saja. tapi entah mengapa, sepertinya lirik tadi terekam dimemoriku. kurang lebih begini liriknya:

“Merpati tak akan bisa terbang bila tak belajar terbang,
ribuan bintang  tak akan bersinar indah bila tak ada siang”
lirik lagu yang dua pengamen tadi nyanyikan itu seolah pembenaran terhadapa apa yang teman-teman kerenku itu lewati, untuk berada di titik ini, di tempat ini, dan bertemu mereka, mereka telah berlatih seperti burung merpati yang mendamba dapat terbang dan menerima pelbagai perubahan, seperti bintang yang menjadikan siang sebagai alasan untuk mereka bersembunyi sebelum bersinar indah dan dirindukan manusia bumi.
Seperi merpati, kamipun akan kembali ke tempat kami berasal, dan karena itulah kami disini.
Kalian tau, sampai saat ini, aku percaya bahwa:

“Akan selalu ada alasan mengapa kita dipertemukan dengan seseorang entah untuk belajar, mendengar atau berbagi”


Cisitu dingin, 19 Mei 2016
terimakasih kakak :)

Selasa, 17 Mei 2016

Sesederhana apa?

Seseerhana apakah kau definisikan bahagiamu hari ini?
Ssederhan matahari yang bersinar manis tadi pagi?
Atau sesederhana sapaan *hai* di dalam lift
Atau senyum manis petugas kebersihan jalan yg kau temui tadi?
Sesederhana apa?
Sesederhana *ping!* dari teman lamakah?
Atau sesederhana kicau burung dipelataran masjid siang ini?
Kau katakan itu sederhana?
Bagiku, semua nampak sederhana dalam kemenakjubkannya
Sederhana saja kau tersenyum, tapi orang yang kau senyumi?
Sederhana saja kau berkata sedikit manis, tapi yang mendengar?
Sederhana saja kau ucapkan satu nama dalam do'a,
Tapi apakah ada do'a, keajabaiban dan harapan yang sederhana?
Bagiku semua itu tak pernah menjadi sederhana.
Tak pernah saling melepaskan simpulnya satu sama lain,
Selalu jalan beriringan
Bahagia, senyum, tawa, sedih dan air mata berada di satu garis start yang sama
Akan datang menyusul yang lain jika ada yang mendahului
Tak sesederhana itu kesederhanaan dicipta
Ah..
Apapun itu, bahagiamu tak pernah menuntut kemewahan bukan?

Masjid Batan, 18 mei 2017
13:18

Senin, 16 Mei 2016

Diguyu Pithik

malam ini, jam 9.11 seharusnya aku sedang berada di salah satu gerbong kereta Pasundan menuju kota Istimewa-ku Yogyakrta. 
untuk keperluan sesuatu, aku merencakan menyambangi kota istimewa itu, setelah menimbang, kemudian meragu dan akhir nya memutuskan untuk membooking tiket pulang-pergi kami bertemu 4 jam sebelum keberangkatan.
kami tak berbincang banyak tentang keberangkatan, hanya memutuskan tempat bertemu untuk kemudian memulai perjalanan dengan angkot. 
tapi ternyata pertemuan singkat kami 4 jam sebelum keberangkatan itu menjadi titik tolak kami untuk membatalkan keberangkatan. 

sebenarnya akupun setengah yakin separuhragu untuk ke jogja, semenjak mendapat undangan itu aku juga wildi saling bertanya, kenapa harus ke jogja? apa manfaatnya? bagaimana kalo gak aja? dan seterusnya, berkali-kali kami meng"iya"kan juga berkali-kali kami men"tidak"kan. 
bisa diblang kami nampak plinplan sekali, hari ini iya hari besok tidak sampai beberapa jam sebelum keberangkatan pun kami masih salig bertanya dan pada akhirnya "TIDAK"

BBM singkat ku kirim ke wildi, "diketawain setan kita wil" hahaa.. 
tapi kata wildi diguyu pithik (diketawain anak ayam) 

semua itu karena kami kurang spekulasi, terprovokasi dengan undangan dan hal-hal irrasional lainnya.

dan akhirnya, sore kami tadipun dihabiskan dengan pergi ke stasiun (tapi bukan untuk ke jogja) tapi ke stasiun untuk pembatalan tiket 
besok-besok dipikirin mateng-mateng ya Din!

Sabtu, 14 Mei 2016

Apa kabar Din?

Apa kabar?
Heii..apa kabar Dini,
sudah lama tidak  menyapa diri sendiri. Berhari-hari mencari posisi, tempat dan suasana untuk bertemu tapi belum juga bertemu dalam keadaan utuh, ada saja yang tertinggal atau belum kembali seutuhnya.
Apa yang tertinggal?
Apa kabar mimpi tentnag ReadDot? Apa kabar janji memulai? Apa kabar itu semua? Mengapa seolah diacuhkan? Bukankah pernah berjanji untuk menjadikan tahun ini sebagai saksi titik mula? Ah….
Apa lagi yang tak berkabar?
Apa kabar buku-buku yang direncanakan untuk dibeli, dibaca, dipinjamkan, diresensi dan dikadokan? Ah Dini, kemana saja? Bukankah ada sekian banyak novel yang disasar? Sebut saja sederet buku Fahd Djibran yang sudah lama ditaksir seperti perjalanan rasa, semesta sebelum dunia, tak sempurna, hidup berawal dari mimpi, Jodoh. Belum lagi beberapa buku (lagi) dari Supernova Dee, salon kepribadiannya Asma Nadia, terus Genap dan menata hatinya Nazrul, apalgi buku-buku sastra dan puisinya Sapardi D.D, atau novel legendary Ahmad Tohari, Bagaimana kabar buku-buku atau tafsir Mishbah Quraish Syihab yang juga pernah terniatkan? ah banyak sekali…banyak sekali… apa kabar mereka semua Din?
Habiskan hak bulanan mereka demi paket-paket internet yang kau gunakan untuk apalah-apalah itu? Atau habis kau gunakan mengisi perutmu dengan yang kemudian merusak tubuhmu dan juga hidupmu di masa akan datang?
Oiyah bagaimana kabar YJIA? Sudah berkemas untuk menjemputnya? Sejauh apa persiapanmu? Bahkan hal remeh temehpun tak kau indahkan, bagaiaman Din? Apalagi persiapan yang seberat beton lainnya. Mau sampai kapan dan dimana?
Bagaimana juga kabar alasan kau berada di kota ini? Sudah sampai mana? Bukankah pelarian tidak akan terulang tahun ini? Ayolah Dini, ini semua tidak akan berlangsung lama. Kau pasti tidak menghendaki penyesalan bukan? Lantas? Mengapa tak bergeming? Belum lelahkah kau berpura-pura? Belum cukupkah waktu ini untuk memnuhi keinginanmu berkejar-kejaran dengan takdir?
Kemudian?
Mari mengumpulkan kembali serpihan-serpihan yang sepertiny telah usang, telah lama dibirkan begitu saja, karena sibuk dengan yang dikirimkan Tuhan sebagai alat uji, apakag cukup kuatkah kita untuk tetap berdiri anggun bersama mimpi yang telah kita bersamai selama ini, semoga ia tidak usang, tidak berkurang keindahannya tidak juga melupakan hakikatnya.


Bandung, 15052016

Jumat, 13 Mei 2016

Salman sore

Sore ini, aku duduk di salah satu sudut selasar masjid Salman, dari tempatku duduk aku dapat melihat beragam aktivitas di salah satu sudut, duduk beberapa kelompok wanita berjilbab dengan ukuran yang wajar bila disebut lebar, disudut yang lain beberapa kelompok anak SMA yang sedang belajar dengan di mentoring (nampaknya) mahasiswa, di sisi yang lain, beberapa orang nampak sedang membaca ayat2 Qur'an, bukan cuma itu, hamparan rumput hijau di depan masjid pun jadi karpet untuj beberapa kelompok orang yang nampaknya sedang rapat (ah, jadi kangen masjid kampus dulu yang selalu jadi venue rapat), di beberapa meter dari taman, nampaknya sedang ada pertandingan volly...
Wah, berada diselasar masjid ini kemudian membawa khayalku pada zaman kholifah (seperti yang diceritrakan guru2ku dahulu) bahwa dahulu, masjid menjadi jantumg kehidupan, pusat peradaban, titik balik pergerakan, tempat sujud dan bercumbu denganNya, tempat ilmu agama disebarluaskan.
Mungkin akan sangat menakjubkan suasana masjid waktu itu.
Liihat masjid ini, mereka yang mentadabburi Al-Quran. Mereka yang belajar sains, mereka yang rapat untuk kemaslahatan bersama, mereka yang berolahraga untuk jasmani dan juga sportifitas, mereka yang sujud syahdu, mereka yang menangis tersedu.
Aahh, masjid.
Selalu saja berhasil menginsiprasi tentang bagaimana seyogyanya kehidupan berjalan dinamis juga seimbang.

Masjid Salman, 16.57
13 mei 2016

Kamis, 12 Mei 2016

Insight menuju senja

Malam ini hujan, tadi sore selepas kelas terakhir ku putuskan untuk tidak segera pulang ke kos, aku ingin berdiam di suatu tempat sendirian (kebiasaan ini memang selalu ku rindukan) untuk mengisi kembali energi2 di dalam diri, akhirnya ku putuskan untuk menghabiskan sisa sore tadi di masjid Batan  yang letaknya tidak jauh dari kampus. Namun sebelum tiba di masjid tujuanku, aku sempat berbincang dengan teman sekelas yang kebetulan berjalan searah. Banyak hal yang kami bicarakan mulai dari pengalaman2, mimpi2, kekhawatiran2 yang kami rasakan. Tidak terasa satu setengah jam sudah kami habiskan untuk berbicara *ngalor ngidul* akhirnya kami putuskan untuk menuju msjid bersama dan kemudian menuju tujuan masing. Entah mengapa pembicaraan ku tadi itu kembali mengingatkanku bahwa akan selalu ada alasan mengapa kejadian-kejadian tertentu terjadi pada kita, mengapa kita dipertemukan dengan orang tertentu di tengah perjalanan kita, juga mengapa beberpaa pengalaman menakjubkan harus kita alami?
Bisa jadi semua itu datang sebagai akibat dari apa-apa yang sudah kita lalui di hari kemarin atau bisa jadi semuanya menjadi alasan terjadinya sesuatu yang lain di hari esok.
Karenanya, kita tak pernah tau do'a2 mana yang di aamiinkan Tuhan, mimpi2 yang seperti apa yang di *iya*kan, dan orang yang bagaimana yang akan datang. Berbuat baik dan terbaik adalah sebuah keniscayaan.

Bandung dingin, 12 mei 2016

Selasa, 10 Mei 2016

Tiup lilin

Selalu ada rasa yang menggelitik sekaligus menyedihkan ketika saya menjumpai angka 31 di bulan maret setiap tahunnya.
Beberapa tahun terakhir (di jogja) saya seringkali mendapat kejutan2 istimewa dari orang2 tersayang di tanggal tersebut, ya semacam selebrasi mungkin. Tapi jujur saja, saya selalu merasakan kesedihan dan kebahagiaan dalam waktu bersamaan etika harus meniup lilin berbentuk angka, berganti setiap tahunnya.
Jelas kebahagiaan dirasa karna mengingat sekian banyak nikmat yg terlimpahkan hingga tak terhitung, tapi sejurus kemudian sedih merundung.
Bagaimana tidak, meniup lilin selallu saja menyadarkan kita bahwa telah banyak waktu yang terlewati, terlewati tanpa peduli kita berlari, berjalan, ataupun tetap berada di tempat yang sama.
Hari akan selalu berganti bulan, bulan berganti tahun.
Dan benar saja, batang usia kita menjulang dan menuntut agar akar2 prinsip kita menguat ke bumi. Kokoh.

Senin, 09 Mei 2016

Senja

Hai senja,sapaku tadi
Lupa aku tentang senja kota indah ini
Telah berganti rupa, tak lagi sama
Tak ada lagi jingga
Yang ada hanya fatamorgana
Dan sebatas nama
Kemudian pergi tak meninggalkan apa-apa
Juga tak berencana untuk kembali menyapa
Hai senja, sapaku tadi
Yakinku tentang keberadaanmu disana
Jauh, tak terjangkau mata
Namun, dirasa oleh sukma.
Hai senja.

Cisitu dingin, 18.00
09052016

Fajar di Ciamis

Fajar pagi datang anggun laksana ratu
Mengusir jejak kabut dari lereng
Menghapus sisa-sisa embun di ujung ilalang
Jejak kabut dan sisa embun yang berjanji datang lagi esok hari
Tak pernah mengelak pada fajar
Setia pada waktu
Pernahkah kau bertanya?
Mengapa fajar dan senja selalu menawan?
Pikirku, agar hari kita berawal dan berakhir menawan

Fajar sepanjang Ciamis, 05052016

Cantik dan luka

Itu mengapa yang indah selalu menyimpan luka
Di setiap bibir manis merahasiakan duka
Entah bibir hitam pantai
Atau merona nona di pinggir pantai
Berteman malam sesempurna dengan kepalsuan merah gincunya
Hitam legam rambutnya persis sama
dengan apa yang dilihatnya dari dunia
Tak ada warna selain hitam
Hai nona, ku tau menangis mu tengah malam
Tidak di pinggir pantai itu, tempat kau bertemu dengannya
Tapi di pinggir keputus-asaanmu terhadap dunia yang selama ini kau tumpangi
Hai nona, hitam kita sama
Hanya gelas kita yang beda
Merah bibir kita pun sama
Hanya ronanya yang nampak tak sama
Hai nona. Jika kau mampu berjalan tegak ditengah sana
Menari sesuka hati, bernyanyi
Sudikah kau mengajariku mantra yang samudra ajarkan padamu setiap malamnya?
Ingin ku belajaf darinya juga darimu
Betapa inginku menari seelok dirimu
Tapi dikakiku pasung
Disekitarku ranjau
Di atasku langit seolah akan runtuh esok pagi
Ajari aku duhai nona bergincu merah

Pangandaran, 05051016
21.30

Sepenggal cerita

Ada yang ingin diceritakan oleh kota ini
Syahdunya, dinginnya, paras cantiknya
Keras kehidupan di dalamnya
Bahagia yang sekilas hambar
Deretan senyum manis gadis belianya
Seolah ingin bercerita tentang rahasia malam
Bahwa malam tak sedingin dirinya
Bahwa malam kalah syahdu darinya
Bahwa senja tak perlu nampak dari mega
Cukup...
Bila kemudian rasa yang berhasil direbutnya ada
Tak perlu kau salahkan dia
Karna rasa akan tau kapan dia datng dan harus pergi
Kau lihat warna oranye dari lampu jalan itu?
Sepanjang jalan tak pernah beranjak
Apa karna ia tak bisa?
Bukan, ada rasa yang memaksanya bertahan disana
Menyaksikan sejoli tertawa, merangkai janji, merajuk
Itu lebih dari cukup baginya

Alun2 bandung, 04 mei 2016

Selasa, 03 Mei 2016

sabtu minggu dengan Eja

Sabtu, hari itu kami merencanakan mengunjungi wisata alam yang fenomenal di selatan Bandung yaitu kawah putih ciwidey, berencana menuju lokasi dengan taxi yang berbasis online order aku, kak Ita dan Eja mencoba menggunakan aplikasi tersebut, tapi sayangnya kami gagal, ada banyak sekali kedala teknis kami menggunakan aplikasi tersebut khirnya aku dan Eja memutuskan merubah detinasi perjalanan kami.
Pasar Baru, itulah tujuan pertama kami, dengan naik angkot tujuan stasiun warna hijau kami tiba di pasar baru yang konon pasar yang terkenal namanya sampai mancanegara itu, kamipun mulai ekspedisi barang yang mungkin bisa dibawa pulang, haha maklumlah perempuan. Eja khilaf dengan membeli 2 potong baju (yang menurut dia murah banget), blazer jeans (yang kata dia sudah diimpikan sejak maba), rok (dengan alasan murah) jilbab (adeknyalah yang jadi korban) hahaa dasar.
Setelah puas memenuhi hasrat belanja, kami melanjutkan perjalanan menuju masjid yang fenomenal di Bandung “Masjid Raya Jawa Barat” dengan hamparan rumput sintesis hijau dan ramai dengan keluarga-keluarga kecil bermain bersama. Tidak lupa kami membeli pengganjal perut, sebenrnya menyenangkan sekali ada di tengah-tengah taman masjid itu, suasananya menurutku serasa lagi berada ditengah keluarga besar, kami yang bdatang berdua tiba-tiba baper ngeliat banyak sekali keluarga muda (ayah, ibu dan anak) bermain seru sekali, sesekali tertawa terpingkal bersama karena si anak memendang bola jauh sekali, seskali anak merajuk ingin dibelikan pesawat-pesawatan, atau ibu yang sibuk berselfie ria. Kami duduk beberapa saat, mungkin apa yang Eja pikirkan sama dengan apa yang aku bayangkan. Melihat keluarga itu aku seolah melihat diriku beberapa taun kedepan hahaha ngayal.
Setelah sholat ashar, kami melanjutkan perjalanan menuju jalan asia afrika. Melihat tanda-tanda sejarah, masjid, suasana di jalan asia afrika membuatku terpeson dengan kota ini, aku jatuh cinta. Merasa begitu romantisnya sudut-sudutnya seolah bercerita tentang kesetiaan, kelembutan dan perjalanan hiudp yang dinamis. Maafkan aku jogja, tak berniat ku menduakanmu

Malam itu kami putuskan pulang setlah sholat magrib dan istirahat untuk perjalanan selanjutnya besok.

***

Ahad, sebenrnya kami merencanakan nonton film yang baru saja rilis dua hari yang lalu. Iya AADC, tapi tiba-tiba Eja berubah pikiran, I don’t have any idea where to go huuft. Tapi tidak mungkin kami berdiam diri di kamar saja. Akhirnya aku putuskan mengajak Eja ke gedung sate (salah satu landmark) kota ini, tapi sepertiinya kami datang diwaktu yang kurang tepat, karena kemarin hari ahad itu har buruh nasional dan ada aksi di depan gedung sate, kami bingung, akhirnya berjalan melihat-lihat sisa car free day, masih ada beberapa stand yang terbuka. Setelah selesai melihat-liat, kami putuskan mencari makanan dan kami kembali bertanya pada mbah google, ada tempat yoghurt yang kami sasar, menurut infirmasi tersebut kami perlu berjalan kaki selama kurang lebi 6 menit, mulailah kami mencari dengan dituntunan guglemap. Tapi lagi-lagi kami tergoda dengan semacam resto sambal, masuk dan makanlah kami dengan menu ala rumahan seperti sayur asem, ayam goring, sambel cabe hijau, pepes jamur, dan sambel jengkol. Lumayanlah, mengganjal perut kami yang kosong. Setelah melanjutkan perjalanan beberapa langkah, warung yoghurt yang kami incar ketemu, masuklah kami dan memesan dua gelas yoghurt yang menurut Eja ( its really yoghurt). Sore itu kami kenyang alhamdulillaah
Perjalanan kami lanjutkan menuju ciwalks, tapi diujung jalan siliwangi kami terjebak macet, karena terlihat sepertinya ada taman hijau yang baru saja dibuka, kamipun memutuskan untuk keluar angkot dan nimbrung menikmati taman hijau tersebut, lumayanlah. Cool
Setelah merasa cukup, kami melanjutkan misi ke ciwalks dengan angkot tapi tetap saja masih macet, tiba di ciwalks kami melihat-lihat tas dan juga sepatu tapi lagi-lagi Cuma lihat ya hihiihi, karena tujuan utamaku adalah gerai kosmetik yang insyaAllah halal J, setelah berkeliling mall, kami putuskan untuk menikmati chattime (semacam the racik dengan varian toping) dan lagi-lagi Eja-lah yang merekomendasikan minman ini. Kami memtusukan pulang setelah kenyang dengan the racik tersebut.
Sebenarnya rute pulang kami, bisa duakali naik angkot, tapi ku ajak EJa untuk berjalan setengah perjalanan, lumayan juga ternyata. Kami naik angkot diperempatan wastukencana, jam 8 kami tiba dikos dan tepar J. Ahad yang isinya makan dan minum kalo orang sekarang ngomongya “kulineran”

Bdg,03052016

an Escaper

Hola escaper” satu pesan masuk dari whatsapp, dari mory-teman yang memulai pertemanan di kampong Inggris Pare tahun lalu- sejak dari pare, nekat naik semeru sampai sekarng banyak yang jadi bahan pembicaraan kami mulai dari pengalaman kerja, novel, lagu, tokoh sampai hal-hal absurd lainnya. Pesan dari mory itu menurutku penuh makna mengingat beberapa waktu lalu kami sempat membicarakan masalah hidup kami yang entah mau dibawa kemana.
Aku ingat waktu itu aku mengakui banyak hal-hal pengecut yang aku lalukan untuk mengelak dari kenyataan, mencoba menentang apa yang tersurat meskipun pada akhirnya aku terseret juga. Terseret kembali ke yang orang dewasa sebut itu takdir.
Aku jadi teringat betapa linglungnya aku tahun lalu, linglung yang mengantarkan aku ke kota ini sekarang, 2015 menurutku tahun  pelarian. Lari dari satu kebingungan yang satu menuju ke kebingungan yang lain, saat itu sukar mendefinisikan arti mendapatkan karena menurutku setiap kali aku mendapat sesuatu, maka dalam waktu bersamaan akupun kehilangan sesuatu milikku. Menangis dan tertawa diwaktu yang bersamaan. Melehkan.
Pelarian itu juga yang mengantarkanku ke tempat-tempat baru, bertemu dengan orang-orang baru dari berbagai daerah dan juga mendaki gunung. Pelarian itu juga yang menyadarkanku tentang pelarian yang aku lakukan selama ini. Benar kata orang, bahwa perjalanan sendiri adalah salah satu media kontemplasi sesorang.
Tapi apakah aku kemudian menyesal? Secuil, karena pelarian kemudian mendewasakanku dengan caranya, bukankah setiap orang punya jatah gagal? Ku ijinkan pelarian tersebut menjadi salah satu kegagalan dalam perjalanan pencarian
Saat ini, belum bisa ku pastikan apakah yang kuyakini itu hanya sebatas pembenara-pembenaran yang ku karang sendiri atau memang begitu adanya. Aahhhh, bukankah kita berhak berkeliling mencicipi warna sampai pada waktunya nanti kita kembali ke warna kita sendiri. Iyah!


Bandungm 05032016

Senin, 02 Mei 2016

Rumit

kita berputar di rasa yang sama
mencari ujung yang sebenarnya tak pernah ada
benang yang kau pegang ujungnya entah tersesat dipintalan yang mana
sama dengan ujung benang yang ada padaku 
ujung itu ku pegang erat hingga tak satupun yang dapat ku buatkan untukmu
baiklah, pintalan ini nampak terlalu rumit
bagaimana? 
kita tinggalkan saja?
ku pikir masih ada benang-benang yang lain 
benang yang bisa digunakan untuk menyulam yang baru
berhentilah berputar dirasa yang sama itu
mari beranjak
saling meninggalkan 
sepertinya akan jauh lebih baik bagiku juga kau

***
Cisitu dingin, 02052016

tamu dihari jum'at

Masih di kota dingin ini, beberapa hari terakhir tidak mengetik apapun karna kaki sekali mengukur jengkal-jengkal kota ini, dikunjungi salah seorang sahabat, adik sekaligus “tong sampah” tergila dari Jakarta akhir pekan kemarin. Perjalanan beberapa hari ini menyenangkan, belajar banyak, meliat banyak, namun gagal memahami beberapa yang tak terlihat.
Jum’at: hari jum’at sore sudah ku janjikan Eja untuk menjemput ke terminal Leuwipanjang, awalnya dia menolak dijemput karena khawatir akan merepotkanku, ku jawab santai “ku jemput saja, kalo kamu ilang di Bandung bahaya”, akhirnya sore itu setelah jam terakhir dengan miss Vania aku bergegas keluar kampus dan mencari angkot-sebelmunya sudah ku browsing rute angkot yang akan ku tumpangi sampai ke terminal- nah, mulailah perjalananku dengan angkot warna biru (sedang serang-caringin) turun di pasar Bunga Wastukencana dan melanjutkan dengan angkot selanjutnya, menurut info angkot yang ku baca harus angkot dengan tujuan terminal ada tap ternyata tidak, bapak supir angkot menyarankan “naik, ini dulu neng, nanti pas di jalan disana baru ganti angkot yang ke terimina” aku mengiyakan dengan setengah ragu separuh was-was.
Mungkin benar kata orang,
“perjalanan akan mengajarkan kita tentang banyak al termasuk memperlihatkan pada kita bahwa banyak sekali orang baik tersebar di muka bumi, dan tuggas kita adalah menjadi salah satu dari mereka”.
Speanjang perjalanan dengan angkot kedua itu perasaanku tidak enak, merasa ada sesuatu yang mengganjal, ibu-ibu disampingkulah yang membaca ketidak nyamanan itu.
Adalah seorang ibu berumur sekitar 55 tahun, berpenapilan sederhana, mengenakan jilbab biru dongker dan dari sela-sela jilbabnya terlihat beberapa helai uban, ditangannya sebuah tas yang berisi buku cetak pelajaran bahasa Arab. Sekitar 20 menit perjalanan, ibu itu berbisik, “neng, nanti nggak usah turun di jalan yang pas supir tadi bilang, terlalu jauh dan harus muter-muter dulu”, “oiyahkah Bu? Dimana saya bisa turun?” jawabku penuh cemas. “nanti Neng turun di Jl. A. Yani saja, nanti dari sana Neng naik bus kota jurusan terminal” beliau menjelaskan, “baik Bu” sekali lagi ku pastikan instruksi perjalanan yang diberikan ibu tersebut, beliau member isyarat iya dengan mengangguk. Sampai di jalan yang dimaksud aku turun dan bergegas menyebarng jalan dan menunggu Bis kota “damri”, seperempat jam menunggu bispun datang dan hujan turun (haaaah, terimakasih hujan kau turun di waktu yang tepat).
Sepanjang perjalanan kenapa tiba-tiba ada perasaan sedih menyusup entah dari mana, merasa pilu tanpa ada sebab, merasa telah menjadi pecundang-uh selalu saja begini, gagal memahami rasa sendiri
Perjalanan menuju terminal macet, Eja sudah sedari tadi mengirim BBM bahwa dia sudah di terminal, jam 6 sore bus masuk daerah terminal, sambil lari kecil dan melawan becek ku cari eja bertanya tentang tempat gambar yang dikirmkannya via BBM ke beberapa oragn akhirrnyyaaa..bertemu, ah Eja, kenapa kita bertemu di kota ini? :D
Ada beberapa kejadian lucu diperjalanan menuju kosan, di depan angkot yang kami tumpangi tertulis dua nama yang masing-masing kami punya cerita inisial “A&R” hahhaaa.. kami tertawa renyah sekali mengingat dua nama itu cerita lama kami. “ada-ada saja pertanda”.
Kami berdua segera mencari angkot untuk melanjutkan perjalanan pulang ke kos, naik angkot jurusan tegalega dan pindah ke angkot warna ungu jurusan cisitu, sampai dikos jam  setengah 9 malam, tidak banyak cerita malam itu, mungkin kami masing-masing belum percaya bahwa kami- yang bersahabat sejak SMA dulu- bertemu dikota yang ratusan kilometer dari tempat kami berasal.
Malam itu kami terlelap sebalum malam beranjak larut, karena esok pagi kami akan mengukur takjub kota ini dan terbius sejurus kemudian terjatuh cinta.
Bdg, 02052016

masih ja(t)uh

Mengapa persimpangan jalan ini belum juga berakhir
Aku yang berjalan ditempat
atau jalan ini terlampau panjang untuk ku tapaki sendiri?
Kerikilnya belum berubah,
masih sama dengan kerikil dipersimbangan yang lalu
Kecil, tajam dan terkadang bulat
Belum ku temui petunjuk jalan yang berarti
Hanya peringatan untuk berbelok, tikungan tajam, dan juga licin
Atau mungkin mereka lupa memasang petunjuk itu
Hari makin terik,
Ingin berbalik tidak mungkin, mundur berarti mati
Maju hanya satu-satunya pilihan
Aku pun tak rela dipanggil pecundang esok lusa
Tapi?
Baiklah akan kuselesaikan perjalanan ini.
Kau ingin membersamaiku wahai terik? Mari,
karna akupun akan mengantarmu menuju senja
dan bila kau bertemu rembulan malam
katakan padanya bahwa aku akan terus berjalan maju.


Cisitu Dingin, 28 april 2016 

Tanda

Hari ini lumayan menyenangkan, apa yang menyenangkan dari hari ini? menyaksikan matahari terbit, merasakan gerimis, ketemu sodara se almamater, hahahihi di kelas, nengok Indonesia Hijab Festival, nyasar dan kehujanan. What a fantastic day!!
Oiyah satu lagi, hari ini lagi-lagi aku harus bertemu dengan realita bahwa mungkin hari-hari kemarin telah memberikan kita tanda akan apa yang akan terjadi saat ini, (hanya tanda, bukan yang lain)
Jadi begini ceritanya, sekitar seminggu yang lalu kak Ita sama Kak Ija ngajakin ke tempat makan yang belum pernah kami kunjungi, konon katanya (menurut kak Ita) tempat yang akan kami tuju itu bersih dan harga makanannya standar, akhirnya tanpa pikir panjang kamipun ringan langkah ngikutin kak ita. Tapi radius 3 meter dari tempat itu perasaan saya kok tiba-tiba gak enak ya, dan kayaknya kak Ija juga ngerasain yang sama, kami sontak ketawa bareng setelah berpandangan dan seolah saling mengerti apa maksud pandangan masing-masing kami.
Daaaan, yaaah, kami aneh aja gitu lho, baru nyampe , sudah ada tiga pelayan menyambut kami dengan ramah, senyum terbaik dan juga mengantarkan kami ke salah satu meja yang kosong. Karena lapar kami buru2 meminta daftar menu dan benar saja, feeling aku sama kak Ija sama, whaat? The lowest price is 20 ribu, kak Ija milih pesanan sambil ngomel, “ini si, di tunnel dapet 10000” hahaha. Makan siang kami hari itu penuh hahahihi deh, keluar dari tempat mahal itu pun aku masih lapar hahaha.. parah. Selesai.
Nah kenapa saya bilang akan ada tanda-tanda ynag diberikan hari kemarin untuk apa ang terjadi hari ini? Gini, setelah makan mahal itu, saya iseng posting sesuatu di grup almamater saya waktu SMA dulu, perihal tanya-tanya keberadaan sesame alumni yang sedang di Bandung, yaaa, maksud saya sih pengen kumpul-kumpul gitu ya, maklum hobi lama belum sembuh. Nah singkat cerita ketemulah salah satu alumni yang ternyata dosen di ITB, akhirnya sayapun terhubung dan janjian untuk ketemu.
Awalnya, janjian ketemu kami dengan format “saya menemui beliau di kantornya” tapi entah kenapa, beliau tiba-tiba mengirimkan pesan perubahan waktu dan tempat, dan kalian tau dimana? Di tempat makan mahal ituu gaess… hahaha
Saya langsung ketawa-ketawa sendiri baca pesan itu, sigap saya iyakan dan tadi siang kami akhirnya ketemu dan makan siang ditempat itu daaan kabar baiknya lagi adalah saya ditraktir (ah, dasar mahasiiswa) :D
Saya langsung ngeh bahwa ‘ajakan kak Ita tempo hari itu bertanda saya akan ke tempat itu lagi, dan saya bersyukur” karena saya sudah bisa pastikan akan memilih makanan dan minuman apa (ya biar gak keliatan katro2 banget gitu) :D
Dan ini kejadian bukan kali pertama, kalo saya kait-kaitkan emang banyak banget kejadian yang saya alami menjadi tanda untuk kejadian lainnya. Mungkin in isalah satu hukum kausalitas kali ya, ahhh…apalah…
Nah apa isi obrolan saya dengan alumni yang temui tadi siang itu? Mungkin besok ya saya tulisin, malam ini masih diindapkan dulu, siapa tau bisa berisi yang baik, oiyah, tentang hijab festnya juga belum ya. Next post yes :D

Bandung, 28 april 2015

21:26