Senin, 02 Mei 2016

tamu dihari jum'at

Masih di kota dingin ini, beberapa hari terakhir tidak mengetik apapun karna kaki sekali mengukur jengkal-jengkal kota ini, dikunjungi salah seorang sahabat, adik sekaligus “tong sampah” tergila dari Jakarta akhir pekan kemarin. Perjalanan beberapa hari ini menyenangkan, belajar banyak, meliat banyak, namun gagal memahami beberapa yang tak terlihat.
Jum’at: hari jum’at sore sudah ku janjikan Eja untuk menjemput ke terminal Leuwipanjang, awalnya dia menolak dijemput karena khawatir akan merepotkanku, ku jawab santai “ku jemput saja, kalo kamu ilang di Bandung bahaya”, akhirnya sore itu setelah jam terakhir dengan miss Vania aku bergegas keluar kampus dan mencari angkot-sebelmunya sudah ku browsing rute angkot yang akan ku tumpangi sampai ke terminal- nah, mulailah perjalananku dengan angkot warna biru (sedang serang-caringin) turun di pasar Bunga Wastukencana dan melanjutkan dengan angkot selanjutnya, menurut info angkot yang ku baca harus angkot dengan tujuan terminal ada tap ternyata tidak, bapak supir angkot menyarankan “naik, ini dulu neng, nanti pas di jalan disana baru ganti angkot yang ke terimina” aku mengiyakan dengan setengah ragu separuh was-was.
Mungkin benar kata orang,
“perjalanan akan mengajarkan kita tentang banyak al termasuk memperlihatkan pada kita bahwa banyak sekali orang baik tersebar di muka bumi, dan tuggas kita adalah menjadi salah satu dari mereka”.
Speanjang perjalanan dengan angkot kedua itu perasaanku tidak enak, merasa ada sesuatu yang mengganjal, ibu-ibu disampingkulah yang membaca ketidak nyamanan itu.
Adalah seorang ibu berumur sekitar 55 tahun, berpenapilan sederhana, mengenakan jilbab biru dongker dan dari sela-sela jilbabnya terlihat beberapa helai uban, ditangannya sebuah tas yang berisi buku cetak pelajaran bahasa Arab. Sekitar 20 menit perjalanan, ibu itu berbisik, “neng, nanti nggak usah turun di jalan yang pas supir tadi bilang, terlalu jauh dan harus muter-muter dulu”, “oiyahkah Bu? Dimana saya bisa turun?” jawabku penuh cemas. “nanti Neng turun di Jl. A. Yani saja, nanti dari sana Neng naik bus kota jurusan terminal” beliau menjelaskan, “baik Bu” sekali lagi ku pastikan instruksi perjalanan yang diberikan ibu tersebut, beliau member isyarat iya dengan mengangguk. Sampai di jalan yang dimaksud aku turun dan bergegas menyebarng jalan dan menunggu Bis kota “damri”, seperempat jam menunggu bispun datang dan hujan turun (haaaah, terimakasih hujan kau turun di waktu yang tepat).
Sepanjang perjalanan kenapa tiba-tiba ada perasaan sedih menyusup entah dari mana, merasa pilu tanpa ada sebab, merasa telah menjadi pecundang-uh selalu saja begini, gagal memahami rasa sendiri
Perjalanan menuju terminal macet, Eja sudah sedari tadi mengirim BBM bahwa dia sudah di terminal, jam 6 sore bus masuk daerah terminal, sambil lari kecil dan melawan becek ku cari eja bertanya tentang tempat gambar yang dikirmkannya via BBM ke beberapa oragn akhirrnyyaaa..bertemu, ah Eja, kenapa kita bertemu di kota ini? :D
Ada beberapa kejadian lucu diperjalanan menuju kosan, di depan angkot yang kami tumpangi tertulis dua nama yang masing-masing kami punya cerita inisial “A&R” hahhaaa.. kami tertawa renyah sekali mengingat dua nama itu cerita lama kami. “ada-ada saja pertanda”.
Kami berdua segera mencari angkot untuk melanjutkan perjalanan pulang ke kos, naik angkot jurusan tegalega dan pindah ke angkot warna ungu jurusan cisitu, sampai dikos jam  setengah 9 malam, tidak banyak cerita malam itu, mungkin kami masing-masing belum percaya bahwa kami- yang bersahabat sejak SMA dulu- bertemu dikota yang ratusan kilometer dari tempat kami berasal.
Malam itu kami terlelap sebalum malam beranjak larut, karena esok pagi kami akan mengukur takjub kota ini dan terbius sejurus kemudian terjatuh cinta.
Bdg, 02052016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar