Sabtu, 30 Juli 2016

Do'a wanita

Ada sebuah gambar yang menurut saya baik untuk disimpan, dibaca tulisannya, dan diaminkan. Begini tulisannya

اللهم أجعلني
خير أبنة
و خير أخت
و خير زوجة
و خير أم
Artinya:
Ya Allah.. jadikan Hamba
Anak yang baik
Kakak yang baik
Istri yang baik
Dan Ibu yang baik

Menurut saya do'a ini adalah do'a yang baik untuk para wanita, do'a untuk setiap fase hidup seorang anak perempuan.

Do'a untuk menjadi anak yang baik adalah do'a pertama anak perempuan agar dirinya dapat menjadi anak yang menjadi alasan kebahagiaan bagi kedua orang tuanya, kebahagiaan dunia juga di akhirat, bukankah do'a anak yang baik adalah salah satu do'a yang tak akan terputus?

Menjadi kakak (perempuan) yang baik adalah lapisan selanjutnya dari harapan seorang anak perempuan. Baginya menjadi kakak yang baik adalah kebutuhan, menyayangi dan berkorban untuk adik-adiknya adalah keharusan bagi mereka. Bahagia adik-adiknya jadi kepingan bahagiannya juga.

Setelah menjadi anak dan kakak yg baik, seorang wanita akan menjadi istri bagi suaminya. Perubahan status ini tidak sesederhana merubah stats di tanda pengenal, tapi lebih dari itu. menjadi istri yang baik adalah tugas sepajang hayat. Yg beralih bukan hanya tempat tinggal, tapi juga ketaatan yang semula bertumpu pada orang tua sekarang menjadi pada suami, hidup tidak lagi melulu tentang dirinya sendiri tapi telah diikrarkan untuk menerima keter *saling*-an, menundukkan dan menyamakan ego. Tidak seperti kontrak dalam bekerja yang bisa ada jangka waktunya atau bisa berhenti sewaktu-waktu, peran istri kontraknya berat, tidak hanya dengan pasangannya tapi juga denga keluarga besar pasangannya, dengan Sang Penentu takdir. Dan do'a اللهم أجعلنى خير زوجة sepertinya menjadi do'a pengharap, agar dirinya selalu diberikan kekuatan, bimbingan serta petunjuk.

Bagi para wanita yang beruntung maka status selanjutnya adalah menjadi seorang Ibu. Menjadi sosok yang dituntut berbakat dalam multitasking mulai dari memasak, mencuci, mendidik, mengurus keperluan rumah, memberi dukungan terhadap pasangan juga anak2nya bukanlah proses yang tidak singkat, latihan yang terus menerus, dan proses yang harus dinikmati.
Menjadi Ibu berarti menjadi sekolah (madrasah) utama bagi anak-anaknya itu memberi syarat bahwa seorang ibu seyogyanya memiliki bekal yang cukup, dukungan yang memadai serta kesadaran penuh untuk menjalani peran sepanjang hayat ini. Dan do'a  اللهم أجعلنى خير أم (ya Allah jadikan hamba Ibu yang baik) adalah amunisi untuk para ibu

Rawasari, Jakarta Pusat
Diluar hujan deras
12 agustus 2016

Jumat, 29 Juli 2016

Menuju kota Hujan

8.14
Tebak aku sedang dimana? Aku sedang berada diantara ratusan manusia2 urban yang sedang penuh denga pikuk dunia. Iya stasiun kereta manggarai. Hei, lihat mereka yang baru saja dari kantor, dari sekolah, baru saja putus cinta, merajuk, kelaparan, bokek karena tanggal tua, menang tender, hamil, berbunga2, was2 karena esok akan sidang tesis, yang baru saja menang lotre, yang cemas karena esok akan mengutarakan cintanya. Ah, tak akan ada habisnya warna manusia urban ini.

8.59
Sudah duduk manis di salah satu kereta, butuh melewati beberapa srasiun untuk stasiun yujuan. Bogor. Semoga kota hujan itu bersahabat.
Baiklah kisanak, perjalanan akan kita lanjutkan. Benahi bekal2 kita karena perjajlanan di depan sana sangat menggelitik. Bersiap-siaplah untuk lelucon selanjitnya. Karena kota sedanh berada pada rute lucu kwhodupan.

9.36
Stasiun bojong gede, Bogor, perjalanan  ini hanya sebatas transit untuk perjalanan selanjutnya. Baiklah, bukankah semua tempat di bumi ini hanya tempat transit untuk perjalanan akhir kita?

Terimakasih untuk dua orang kakak yang telah bersedia saya repotkan. JazaakumaAllah

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com
 

Kamis, 28 Juli 2016

Pengalaman pertama

Setelah seharian bergelut dengan proses daftar ulang di kampus, hari ini banyak pengalaman pertama, pertama ngejar2 commuterline, pertama memanfaatkan bikun, pertama sholat di masjid FIB dan  pertama nyicip macet yang bejibun. Pemanasan yang mengasyikkan.

Hari ini ditutup dengan nemenin Rafa (ponakan kk Nunk) belajar menulis, membaca, dan menggambar. Ah, anak2 selalu saja punya caranya untuk buat kita ketawa, pertanyaan usil dan tak berkesudahan, cerita menggemaskan, keusilannya. Ini yang selalu menjadikan dunia anak-anak penuh dengan warna.

Belajar malam ini ditutup dengan dongeng si pinokio  yang bertambah panjang hidungnya 5cm setiap berbohong. Si rafa tertidur persis setelah halaman terakhir dongeng dibacakan. Oiyah ini pengalaman pertamaku juga membaca dongeng untuk tidur. Oyee.., belajar mendongeng masuk ke to do list :D

Sungguh, pengalaman belajar pertama anak ada dirumah, sapaan orang tua dan saudara2nya, kebiasaan sekelilingnya. Rafa kecil sangat mandiri, mulai dari meracik roti tawar dengan susu, sikat gigi sendiri

Ah jadi ingat Bapak dulu, berdongeng setiap sebelum tidur, tanpa naskah dan penuh ekspresi.

Cempaka putih, 28 juli 2016

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com
 

Road to *tanah rantau ke 5*

3.58 BIL, saya masih disini. Duduk di atas karpet hijau dengan gambar unik dibelakng saya. Menunggu transit selama 9 jam lumayan. Tapi ini baru 4 jam berlalu. Orang2 disampingku juga telah berganti berkali. Aku masih disini dengan petir si Dee dipangkuan yang berhasil ku lahap separuhnya. Luamayan menemani.

5.00 (masih) di BIL
Bertemu brother Abduh beserta bidadari dan juga pangeran kecil mereka Azzam, rumah mereka tidak jauh dari bandara. Ketika ku kabari keberadaan yang telah berjam2 dubandara, mereka datang dengan dua bungkus nasi balap (nasi super pedas khas lombok), ketika hendak keluar bandara ku lihat sekelibat seseorang yang ku kenal. Iys pak Doni. Dosen muda salah satu insporator ketika masih di jogja beliau. Ku kejar beliau ber"hai" dan salaing bertukar kabar juga kesibukan. Sebenrnya menghububgi beliau adalah salah satu to do list ku untuk berkonsultasi masalah studi, tapi karna sesuatu dan lain hal aku urung sampai pada akhirnya brrttemu dengan tidak sengaja tadi sore.

5.50 perjalanan menuju salah seorg kerabat untuk menumpang mandi sebelum melanjutkan perjalanan jam 8 nanti. Ah ada senja menggantung cantik diatas  bandara. Senja selalu saja berhasil mengundang jatuh cinta.

7.30
Ketika mengantri untuk check in seseorang menyapaku, ini karena jaket lpdp yang ku gunakan. *mbak lpdp ya?*, tanyanya. *iya, mbak juga?* aku bertanya balik. Akhirnya kami mengobrol sambil melakukan tahapan2 selanjutnya. Dari obrolan kami ku tau dia anak PK 17 baru pulanh dari London. Dan sedang melaksanakan tugas dinas di lombok. Eh namanya? Aku lupa. Ah, kemampuanku mengingat nama sangat payah

21.20
Arrived: Selamat datang di kota yang sempat aku enggan-i, yang pernah aku blacklist dari kota yang ingin aku kunjungi, pernah ku picingkan sebelah mata, pernah ku...ah, sudahlah..
Semoga kita dapat *saling* ya jak, hihi

Harusnya ini diposting kemarin, 27 juli 2016

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com
 

Selasa, 26 Juli 2016

Belajar (bersabar)

Belajar (bersabar) sekarang, Belajar (bersabar) lagi, Belajar (bersabar) terus. Sepertinya inilah insight hari (yang terasa) panjang hari ini.

Pffttt...hari ini aku merasa menjadi makhluk antah berantah, mengawali lagi dengan kecemasan yang tingginya menjulang sangat tinggi. Apa yang aku khawatirkan? Heloo. Besok pagi2 sekali aku harus mengangkat ransel untuk kembali merantau tapi lihat persiapanku. Surat keputusan perpindahan belum terbit, tiket belum (berani) ku booking karena masih menunggu keputusan perpindahan, harus mengisi survei kesehatan online (ditengah sinyal yang ngajak gelut), harus mengaupload beberapa dokumen (yang sudahh berkali2 belm juga berhasil. Sampai denga kali ke 10 baru berhasil) padahal sudah bela2in ke kota kecamatan yang jaraknya sektar 30 menit jika ngebut. Kue tart yang belum dipesan, kontak cso tidak bisa dihubungi, koper yang tiba2 rusak, ada berkas yang keselip dan bikin panik, harus mengambil pesanan krupuk di desaa ujung nan jauh disana.
Lengkap sudah hari ini dengan segala apa2nya. Bahkan pallubutung yng di buat mamak untukku terasa pahit di tenggorokan. Moodku luluh lantah. Ingin rasanya menjadi plankton dan menceburkan diri ke laut belakang rumah. Hiks.

Jelang sore tadi akhirnya aku berhasil menghubungi narahubung tersebut, ku tanyakan satu persatu. Setelah menelfon titik terang datang satu persatu. Ku beranikan diri memesan tiket, berhasil memesan kue dan mendelegasikan si Ayu untuk mebgambil selepas magrib. Satu persatu beban tadi meleleh. Alhamdllah. Setelah terurai, aku bergegas ke rumah Imel sahabatku semenjak TK sampai sekarng, di rumahnya aku berbicara sendiri (semacam monolog) non stop. Dia menimpali dengan hanya tersenyum sendiri. Setelah selesai aku bercerita betapa uring2annya aku hari ini, dia menertawaiku. Begitu juga aku yang menertawakan diriku sendiri yang merasa ditertawi oleh lelucon hari ini.
Setelah kembali dari rumah imel, aku jauh merasa lebih tenang.

Hari ini aku merasa banyal selali yang haru ku perbaiki dari sisitem pengambilan keputusanku. Dipikirkan terlalu matang juga ada saja yang masih tdah terpikir.

Besok2 semoga dapat mengabil keputusan dengan cepaat dan tepat.

Senin, 25 Juli 2016

Menggambar peta dan henna

Bukankah setiap orang bisa menggambar? At least menggambar dua gunung dan satu matahari terbit di antar keduanya serta hamparan sawah. Iya, kita sudah sangat familiar dengan gambar andalan itu.

Saya sebenarnya menemukan sebagian sisi diri saya tentang menggambar. Kemampuan spasial dan visual saya bisa dikatakan sangat payah, kalian pernah belakar KTK (kerajinan tangan dan Kesenian) dulu ketika SD? Kalau iya, kalian harus tau bahwa di sekolahku dulu pada mata pelajaran tersebut menggambar, bernyanyi, membuat kaligrafi, (sesekali) memasak atau menari adalah kegiatannya. Tidak dapat dielakkan lagi, bahwa hari mata pelajsran KTK perutku sudah pasti mules. Tidak ada satupun dari kegiatan itu yang sesuai dengan saya yang ketika itu hanya mengoleksi rok dari seragam sekolah. Selebihnya reputasi rok terkalahkan oleh celana berkantong banyak.

Saya ingat betul bagaimana ketika itu ujian praktek akhir untuk kelulusan SD, guru kelas kami memberikan tugas menggambar sebagai tugas akhir, menggambar bebas diatas kertas karton, dan dinilai sebagai nilai akhir ujian KTK. Bagaimana mungkin aku menggabar dua pohon itu (lagi dan lagi)?, karena kami tinggal di daerah pesisir, maka teman2ku menggambar aneka kapal, mulai dari kapal pinisi sampai dengan perahu tonda lengkap dengan seorang nelayan yang sedang menyebar jalanya. Indah sekali. Saya? Jangan tanya bagaiama  gelisahnya saya ketika ituu, makan tidak enak, tidur tidak nyenyak.
H-7 deadline pengumpulan saya belum juga menemukan inspirasi dalam menggambar. Dan entah mendapat ilham dari mana saya memberanikan diri menghadap ke guru kelas dan meminta ijin untuk todak menggambar makhluk hidup, kapal, pemandangan dan sejenisnya. Melainkan peta. Hahaha

Ketika itu dibenakku hanya satu peta, yaitu benua Australia. Entah mengapa sejak belajar nama, peta, negara bagian dari benua ini aku jatuh cinta. Sampai sekarang masih berharap bertandang atau tinggal disana, semoga.

Guruku mengaminkan keinginan itu, setelah ku yakini beliau bahwa aku punya dua alasan memilih menggambar peta benua, pertama karena ketidak mampuanku menggambar objek2 gambar pada umumnya, kedua karena menurutku membuat peta lebih bermanfaat. Alibi :D, jangan tanya berapa lembar kertas yang ku habiskan untuk bsrlait. Tak terhitung. Mencocokkan lekukan dan garis melintang dan membujurnya. Dan akhirnya selesai juga. Menurutku ketika itu peta yang ku buat lumayanlah untuk mengapresiasi diri sendiri. Tapi sayang tidak ada moment dalam foto.

SAaat ini apapkah kemampuan menggambarku membaik? Ku rasa juga belum. Tapi taukah kalian selama dirumah, aku punya pekerjaan baru yakni melukis henna ditangan temanku, adek2ku, atau siapa saja yang ingin digambari punggung tangannya. Jadilah aku henna maker mendadak. Tapi tenang saja, saya tidak akan menggambar benua Australia untuk mereka.

Senang rasanya bisa menggambar diatas punggung tangan mereka, melihat bahwa setiap orang punya bakat terpendam. So never give

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com
 

Minggu, 24 Juli 2016

Jogja


Ah, Jogja, selalu penuh dengan romantisme
tidak habis diceritakan, tidak berakhir dieja, dan tak berujung rindunya.
Kata orang komposisi jogja itu banyak
ada cita, cinta, rindu dan kenangan
jogja tersusun dari kepingan itu semua

Ah Jogja, bercerita tentangnya seolah merasa hidup kembali hidup bersama remang-remang pijar lampu jalanan
mencium aroma manis dari seduhan kopi angkringan
atau kembali merasa nyaman sapaan juga senyuman si mbah di ujung gang.
Ah Jogja.
****************************************************************
Kapan terakhir ke Jogja? Sekitar maret lalu, mampir untuk sekedar meniup lilin angka 23 di tanggal 31. Iya, terakhir ke jogja memang untuk sekedar mampir sebelum ke Bandung tempo hari.

Sampai sekarang saya masih mencari alasan mengapa jogja berhasil menguasai alam bawah sadar sebagai tempat pulang kedua untuk mencari kenyamanan setelah rumah, tapi daripada sibuk mencari alasan lebih baik saya putuskan untuk menikmati setiap senti rindu yang selalu datang menggoda saya untuk membuka lembaran-lembaran foto dengan senyum manis di jogja, tempat mengahbiskan sore dan senja, burjo si aa depan kos dan menikmati romantisme itu. Ah jogja.

H+2 lebaran kemarin, sepupu-sepupu saya yang tinggal dikabupaten tetangga juga mudik. Malam itu kami habiskn untuk saling bertukar cerita diteras didepan rumah, bercerita tentang satu kota yang kami jatuh-cintai bersama. Mulai Bapak yg membersamai Jogja ditahun 80an, Mas Roni di tahu  2000an, mas Doni (yang memberi nama Dini padaku) ditahun 2005an, aku ditahun 2011an, Ayu ditahun 2012an dan terakhir Ewi tahun lalu. Nampaklah muka Jogja sari tahun ke tahun, perubahan dari satu titik ke titik lain, mulai dari pengendara sepeda onthel yang tak terbilang jumlahnya sampai dengan hanya hitungan jari. Mulai dari hanya malioboro sampe hartono. Ah Jogja. Lihat betapa mereka yang bahkan telah meninggalkanmu puluhan tahun masih menyimpan namamu di hati mereka, mengendapkan memori tentangmu di sepersekian alam bawah sadar mereka.

Esok lusa akan ku sambangi kau kembali. Seperti nyanyian yang selalu dinyanyikan oleh mereka yang cintanya jatuh padamu.
"Ijinkan pulang lagi, bila hati sepi tanpa terobati"

Merindu Jogja, 24 Juli 2016
alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com
 

Sabtu, 23 Juli 2016

Selamat hari nasionalmu, nak.

Menangkap kupu tidaklah menggunakan jaring, karena akan merusak sayap-sayap cantiknya, jadilah bunga yang indah, maka kupu-kupu akan mendatanginya dan kaulah pemilik kupu-kupu itu.

Selamat hari anak nasional.

Selamat hari anak Indoonesia untuk seluruh anak negeri. Semoga orang dewasa sadar bahwa dahulu pernah menjadi anak yang mendambakan rasa aman, tuntunan, kasih sayang juga masa depan yang gemilang. Amin

Saya belum sempat mencari landasan historis mengapa hari ini ( 23 Juli) ditetapkan sebagai hari anak nasional, sayapun mengetahuinya dari heboh perbincangan di televisi tentang tantangan, potensi, masalah dan solusi tentang anak di Indonesia. Heboh sekali diperbincangkan, semoga membawa angin segar bagi anak. Tidak hanya menguap begitu saja.
Ada banyak sekali definisi anak yang bertebaran di tengah hiruk pikuk manusia dewasa ini, di sisi sana berkata bahwa anak adalah titipan Tuhan untuk menjadi tanggung jawab kita, ada juga yang bilang Setiap anak dilahirkan ibarat kertas putih -begitulah sekiranya faham nativistik memberi definisi tentang anak-, selain itu ada juga diartikan sebagai investasi untuk kedua orang tuanya. Apapun itu, kita semua sepakat bahwa masa anak-anak adalah masa dimana setiap orang mendapatkan pengalamannya pertamanya tentang banyak hal di dalam fase hidupnya, mulai belajar, berbicara, bersosialisasi, mengenal ekspresi, mengenal intuisi dan masih banyk lagi mengapa masa kanak-kanak menjadi sangat istimewa, maka tidak heran para ahli menyatakan masa ini masa golden age.

Masa anak-anak seringkali disalah-artikan sebagai masa sekolah semata, orang tua menyerahkan pengawasan anak sepenuhnya kepada sekolah dan guru. Padahal jelas sekali tiga pilar pendidikan yang selama ini menjadi maskot yakni orang tua, guru, dan lingkungan. Terlebih saat ini tantangan zaman semakin keras, perkembangan teknologi, pergaulan bebas, faham-faham, dan tantangan-tantangan lain yang memaksa kita lebih kokoh dari zaman dahulu, anak-anak lagi tidak bermain kulit daun jeruk bali, tapi gadget yang dapat mengakses dunia secara bebas. Dari gadgetnya anak-anak bisa mendapat informasi secara bebas, tanpa filter yang akurat. Sekali saja kita-sebagai orang tua, saudara, tetangga, keluarga, guru- lengah maka apa kabar anak-anak di masa akan datang?.

Orang tua, guru dan masyarakat sejatinya sahabat, teman bermain, pendengar, partner dan tuntunan bagi anak, orang tua sebagai pemegang kunci pengasuhan berperan penting di dalam membentuk rasa aman dan pemenuhan kebutuhan mendasar bagi anak seperti kontak fisik, intuisi, dan perhatian, sehingga sebelum seorang anak keluar rumah dia telah “selesai” dengan dirinya sendiri. Pengawasan terhadap bagaimana anak memanfaatkan teknologi, berteman dan komunikasinya juga PR bagi orang tua untuk menjadi perhatian penting, bukankah kita mendambakan anak-anak yang punya kepribadian yang menakjubkan? Dapat bermanfaat? Menajdi pengobat hati? Menjadi yang sholeh yang mengalirkan do’anya untuk kita kelak?.

Keluar dari rumah menuju sekolah, disanalah anak-anak mendapat bekal keilmuan, pengetahuan dan budi pekerti juga teman. Dari sekolahlah anak tau ilmu haruslah berjalan beriringan dengan kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinanan dan juga kerjasama. Tidak mudah memang, tapi guru yang mentrasfer “rasa” bukan hanya ilmu akan menuai anak yang juga mengerti lebih dari ilmu tapi juga tanggungjawabnya sebagai orang berilmu.

Kemudian, masyarakat? setelah keluar dari rumah dengan “diri”nya yang telah utuh dan berbekal pengetahuan dari sekolah, lantas dimana anak hidup berkembang? Dimana anak akan beraktualisasi? Dimana lagi jika tidak di masyarakat lingkungannya. Maka disinilah anak mendapatkan haknya sebagai manusia yang berkebutuhan terpenuhi. Masyarakat yang madani adalah representasi masyarakat sehat untuk tumbuh kembang anak. Bagaimana bentuknya? Sederhananya adalah masjid yang ramai ketika waktu sholat, gotong royong bersih kampung,  menjenguk tetangga yang sakit dan seterusnya.
Kitalah sebenarnya bunga itu, tak perlu kita semua menjadi jaring kuat yang kemudian akan merusak sayap mereka (anak), mari jadi bunga indah untuk mereka hinggapi dan nikmati sarinya
23 juni 2016

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com
 

Rabu, 20 Juli 2016

Main bareng, bukan jaim bareng

Beberapa hari terakhir ini dua sahabat ku semenjak TK dulu selalu “nongol” ke rumah dan selalu ada saja yang berhasil kami lakuin bareng, mulai dari wacana reuni temen-temen SD yang kemudian hanya sekedar wacana karena kebanyakan dari temen SD kami sudah sibuk dengan pasangan, anak dan pekerjaan masing-masing sampai dengan bernostalgia tentang kenangan-kenangan gila masa ingusan belasan tahun lalu.

Imel dan Ink (Irma) dua orang inilah mereka, sebenarnya personil geng kami waktu itu sekitar 7 orang, SD kami telah banyak berubah, pohon-pohon rindang  tempat kami bermain belle (lompat tali) dulu sudah berubah menjadi bangunan kelas baru, kolam ikan mungil di depan kelas sudah menjadi lebih besar, tidak ada lagi lapangan luas tempat dulu kami bermain bola, bak pasir tempat lompat tinggi dan lompat jauh, tapi yang masih ada beberapa yang sama yaitu guru-guru kami yang sekarang telah masuk paruh baya, ibu yang jualan kue dan nasi bungkus setiap pagi juga masih sering ku temui di depan sekolah lengkap dengan varian kuenya yang tidak berubah, jenis, rasa dan ukurannya masih, sama beberapa kali jika kebetulan lewat aku sempatkan untuk membeli, hanya untuk bernostalgia dengan jajanan pengganjal perut sebelum upacara waktu itu.

Berada bersama dua orang ini beberapa hari terakhir dan malam ini mereka menginap bersamaku di rumah, sebenarnya tidak ada yang berubah secara signifikan dari pertemanan kami. Meskipun bertahun-tahun berpisah karena pilihan masing-masing, rasanya tetap sama. Tak perlu bercerita panjang lebar tentang apa yang kita rasakan karena pasti sebelum diceritakan mereka sudah tau bahwa sdang ada masalah, siapapun itu. Begitu juga sekarang, sepanjang hari kami berkhayal bersama, merangai nama anak-anak kami kelak, merencanakan reuni keluarga (ah, ini futuris banget) sampe rencana menjadi besan hahah :D

Sebenarnya tidak ada tema perkumpulan kami, segala hal diceritakan, masalah kekasih mereka, masalah adik-adik mereka, pilihan-pilihan yang kita hadapai dan banyak hal-hal ini, tapi tema pertamalah yang dominan mengingat mereka berdua sedang menjalani masa-masa Long Distance Relationship jadilah terkadang aku harus rela ditinggalin bengong sendiri ketika mereka masing-masing di telfon yang nan jauh. Aku? Ah abaikan, apalah aku yang sering dibully gara-gara sampai saat ini belum berhasil memperkenalkan satu orangpun kepada mereka berdua. Tunggu yang girls, tunggu waktu dan orang yang tepat, alibi. Dari merekalah aku banyak belajar, dari cerita mereka, dari curhat mereka, dari kejadian-kejadian yang mereka alami. Kadang juga setelah membully dan curhat mereka seringkali menutup dengan statement “ntar kamu langsung nikah aja chynt, gak usah pacaran”, aku haha-in aja  sambil mengiyakan dalam hati :D

Apa aja yang berhasil kami masak dalam beberapa hari ini? Brownis dengan Irma sebagai chef utamanya, ikan bakar ba’basa’, ote-ote, dan banana smooth. Lumayanlah untuk jadi  #alasankenapakitamudik. Malam ini dtutup dengan maskeran berjamaa’ah, ah cewek.

Ah, sahabat emang gitu, main bareng bukan jaim berang.

#alasankenapakitamudik
– cinikizai.wordpress.com
– samawainsight.blogspot.com
– mozaiknasional.wordpress.com

Anak Pesisir

Anak pesisir,
Belajar luas, seluas samudra
Belajar menjadi luas dalam merasa
Tak asin hanya dengan segenggam garam
Tak manis hanya karna sesendok gula
Tak juga keruh hanya dengan seonggok lumpur
Menyimpan kekayaan tak terlihat manusia
Dalam tempatnya, tak nampak jeas kecuali bagi mereka
Bagi mereka yang juga mencari.

Anak pesisir,
Belajar kokoh, sekokoh karang
Tak peduli sekras apa ombak menghantam
Tak merasa tersakiti setiap hempasannya
Tetap kokoh, perkasa, tapi berwibawa
Karang membiarkan dirinya tak sempurna untuk tetap bertahan
Kokoh berdiri tanpa menafikkan keberadaan yang lain

Anak pesisir,
Belajar ketidakpastian dari alam
Dari hujan yang tak tentu turunnya
Dari angin yang kadang salah terka arahnya
Dari malam yang dinginnya sampau tulang
Dari bintang yang kadang tertutup awan
Dari bulan penerang yang juga kadang tertutup mega

Anak pesisir,
Siap tersebar, seperti pasir
Menyebar, menyebarluaskan kebaikan
Memberi manfaat
Tak menjadi rintangan bagi mahluk lain,
Bahkan ditinggali karna hangatnya
Didatamgi karena ketenangnnya.

Anak pesisir,
Belajar jarak dari perjalanan yang ditempuhnya
Belajar tangguh ditengah ombak
Belajar spasi dari bulan
Ketika rembulan, anak pesisir belajar menepi
Tak ada kompromi
Begitulah adanya
Belajar bahwa, sejauh apapun berlayar
Berhenti sejenak untuk kembali merindukan ombak dan malam selanjutnya
Berhenti adalah bahasa semesta, untuk dipelajari
Bahwa setiap permulaan akan ada akhirnya

Anak pesisir,
Belajar menepi pada bibir dermaga
Belajar tentang waktu yang tepat akan dtang
dan layar dapan dikambangkan
belajar tentang suara alam

anak pesisir,
mencatat pelajarannya di dalam benak tajamnya
bahwa, rumah adalah tujuan pulang
dimana kehangatan didapatkan.
karna samudra terkadang menguji.

anak pesisir yang (terus) belajar.
19 juli 2016

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com

*inilah senja anak pesisir, indah bukan? 

Senin, 18 Juli 2016

Tak berkeping

Tak pernah berkeping
Rembulan tak pernah berkeping
Nampak sama dibelahan bumi manapun, dia tak pernah berkeping
Hanya satu, menyatu, bulat nan sempurna
Nampak putih bersahaja
Kadang nampak sendiri, kadang ditemani bintang
Malam ini rembulan. 
Hanya tertutup sedikit awan tapi tetap  terlihat annggun
Dibalik nyiur pohon kelapa tepi pantai
Rembulan terlihar malu-malu.
Telah ku bujuk angin memindahkan awan samn saja


#alasankenapakitamudik
– cinikizai.wordpress.com
– samawainsight.blogspot.com
– mozaiknasional.wordpress.com

Some

Sometime,
problems come to show us that we have a lot of friends
Problems come to teach us to be stronger
Problems come to remind us that being strong is the only choice
Problems come for the reason of our survive
Somewhere,
We need to go somewhere to know that the word is wide
We need to travel somewhere to see how small we are
We need to leave somewhere to know how meaningfull it is
We need to move into somewhere to aware that we can do somechange
Somebody
We need to meet somebody to remind us that we are perfectly imperfect
We need to forgive somebody because happiness is our right
We need to forget somebody to let somebody else complete your soul

#alasankenapakitamudik
– cinikizai.wordpress.com
– samawainsight.blogspot.com
– mozaiknasional.wordpress.com

-

Minggu, 17 Juli 2016

Rumah, Kholis dan Robbany

Dua hari belakangan ini rumah kami drastis sepi, si Bungko Kholis harus kembali ke asramanya, kembali menghafalkan ayat-ayat Suci Sang Rahman, hadits warisan baginda Ummat, mahfudzot syarat makna, muthalaah penuh hikmah dan sederet ilmu yang tak ada habisnya untuk ditenggelami, kholis kembali pada rutinitasnya sebagai penuntut ilmu di atas tanah yang kami sebut *Bunda Robbany*.
Sabtu kemarin, sebelum berangkat Kholis seperti biasa memperlihatkan sifat manjanya padaku, memelukku erat dan mengalir bulir-bulir bening dari kedua matanya (ah, adik tetap saja adik. Tak peduli setangguh apapum dia terlihat di luar rumah akan tetapi ketika kembali adik tetap saja adik). Berkali-kali ku tepuk bahunya, menguatkan, sembari ku bisikkan padanya penguat-penguat menjalani hari jauh dari rumah, jauh dari Bapak juga Mamak, dari kami kakak-kakaknya, aku tau penguat itu mungkin terdengarbiasa saja tapi aku yakin kata-kata yang kami bisikkanlah obat lelahnya di tanah rantau.

Kurang lebih tiga minggu di rumah, kehangatan yang menjadi #alasankenapakitamudik benar-benar merangkul kami dengan sempurna, bagi kami- keluarga kecil yang hanya lengkap ketika ramadhan- moment ini adalah moment paling dinanti, moment manis, moment yang menjadi alasan kami rindu rumah kami, rindu tanah kelahiran kami, moment ini seolah memanggil kami untuk selalu kembali ke rumah kembali mendapat pelukan hangat, tertawa renyah sekali, membahas hal-hal konyol di antara kami, bernostalgia dengan kebiasaan-kebiasaan masa kecil kami, sholat berjama'ah dan saling mengaminkan, tadarrus bersama dan saling menyimak dan tashih, mamak yang masak menu-menu favorit kami bergantian, jalan pagi2 ba'da shubuh dan menyaksikan matahari terbit berlima, gotong royong berberes rumah hari-hari  sebelum lebaran, ah, manis sekali kebersamaan ini. Bersamai kami Ya Rabb, bersamakan kami di JannahMu kelak. Aamiin

Kholis adikku, berangkatlah kau kesana, nikmatilah setiap keharusanmu  bangun pagi kemudian menyentuh air midho'a dengan kantuk yang menyiksa, nikmatilah setiap mufrodhat/vocabularies bahkan muhadatsah  yang kau dapatkan setiap pagi, nikmatilah piring-piring nasimu dengan lauk paling nikmat karena kau menyantapnya ketika lapar tak lagi bersahabat, nilmatilah kewajuban2mu terhadap hafalan yang harus disetorkan selepas maghrib dihadapan para gurumu, nikmatilah soremu disana, sore dengan senja menawan lengkap dengan suara sayup dari corong masjid Abwab Arrahmah dan menutup hari dengan takbir dan tahmid. Nikmatilah sayang. Karena esok lusa ketika kau tak lagi disana, rindumu akan sangat membuncah.

Kholis adikku, arungi perjalananmu dengan bekal prinsip yang kau miliki, bertemanlah dengan banyak orang, dengarkan kisah menakjubkan mereka, bacalah deretan buku2 di maktabah karena disanalah bermuara hikmah juga pengetahuan. Hargai dan hormati guru-gurumu karena merekalah perantara yang Allah pertemukan denganmu untuk bekal ilmu dan amalmu.

Kholis adikku, esok lusa jika kau rindu rumah, berdo'alah karena do'alah tali terkuat untuk menyampaikan rindu-rindu kita, yakinlah bahwa rindu kita bersua diatas arsy dan saling mengaminkan.

Kholis adikku, sampaikan salam rindu kakakmu ini kepada tempat itu, kepada surau disana, kepada guru-guru disana, kepada para asatidz dan asaatidzaat, kepada maktabah tempatku menghabiskan sore, kepada math'am tempat kita memperbaharui energi. Sampaikan salam tak terbatas untuk Bunda Rabbany.

Sudah malam, dirumah kakak nonton tv sendiri, biasanya kita bertiga nonton sambil menjaili satu sama lain. Kakak mengantuk. Kita lanjutkan besok ya :)

Rumah, 17 juli 2016

#alasankenapakitamudik
- mozaiknasional.wordpress.com
- cinikizai.wordpress.com

Sabtu, 16 Juli 2016

L.u.(p).k.a

Kata mereka tak akan ada luka yang sempurna terobati
Katanya, Pasti akan menyisakan rasa
Tapi apakah tidak mungkin kita melupakan luka?
Terimakasih atas luka,
Luka yang kau tinggalkan tak bisa ku katakan telah terobati
Tapi paling tidak ia telah mengering
Dan kau tau?
Tidak hanya mengering, dia juga tak dapat merasakan luka-luka yang lain.
Itu kenapa jika kau datang lagi
Mungkin ku akan ingat kau
Tapi tidak dengan rasa, apalagi luka.
Terimakasih telah meninggalkan luka
Dan mengajarkanku melupakan luka.

16 juli 2016

alasankenapakitamudik
- mozaiknasional.wordpress.com
- cinikizai.wordpress.com
- samawainsight.blogspot.com

Jumat, 15 Juli 2016

Fi ayyi ardhin tazro'

Beberapa hari yang lalu, Kholis dan Bapak memanen sawo di halaman rumah kami. Tidak banyak pohon yang tumbuh di sekitar rumah, mengingat rumah kami sangat dekat dengan laut, tidak banyak tumbuhan yang bisa hidup di kadar garam  dan ketika air laut pasang maka bisa dipastikan selokan besar di depan rumah juga ikut penuh.
Sawo adalah satu-satunya pohon yang produktif di halaman, sejak dulu momen memanen buah sawo adalah momen yang special menurutku, pertama karena kami memanennya bergotong royong berlima (Bapak, Mamak, Saya, Ewi dan Kholis) dengan tugas masing-masing. Kedua, karena rasa buahnya, sama dengan sawo pada umumnya, sawo kamipun bertekstur sedikit kasar dan manis, akan tetapi yang menajdikannya istimewa adalah ada sedikit rasa asin disetiap gigitannya, jadi sensasi manis-manis asinnya lah yang menjadikannya istimewa.
Kenapa tulisan ini saya beri judul “fi ayyi ardhin tazro’ (di atas tanah mana kau menanamnya)” ? sawo asin di halaman rumah itu mengingatkan saya akan nasehat Buya Zul (the man who I admire so much) tentang tanaman dan tanah, salah satu nasehat yang paling terngiang adalah analogi beliau tentang pertumbuhan tanaman di tanah dengan menganalogikan tumbuh kembang manusia di lingkungan sosialnya. Beliau selalu menekankan bahwa anak didik yang telah menyelesaikan masa belajarnya di intitusi tertentu bukanlah barang yang siap memenuhi ekspektasi orang tua dan masyarakat secara utuh, melainkan mereka masih harus terus berproses, nah proses selanjutnyalah yang menentukan mereka mampu bertahan hidup atau tidak. Beliau menganalogikan seperti ini, anak-anak yang dididik di sekolah atau pesantren ibarat benih yang sedang disemai, sebelum ditanam di ladang, sawah ataupun kebun tertentu.
Setelah proses pembibitan maka keadaan tanah sawah tersebutlah yang akan menentukan si benih yang ditanam akan subur atau tidak, akan berbuah dengan baik atau tidak, akan rindang atau tidak. Sawah yang tanahnya gembur, airnya cukup, sinar mataharinya memadai akan menjadikan benih yang ditanam tumbuh dengan baik, berbuah dan rindang, akan tetapi tanah yang gersang dan kering akan menjadikan benih yang ditanam juga pertumbuhannya lambat, berbuahpun tidak sebanyak yang ditanam di tanah sebelah. 
Seperti tumbuhan, begitulah manusia yang tumbuh kembangnya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dia berada, meskipun hal ini tak selamanya mutlak adanya. Tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan memberikan pengaruh terhadap tumbuh-kembang sesorang. Seseorang yang lahir, besar dan berkembang di lingkungan yang positif akan menerima afirmasi-afirmasi berbentuk positif yang kemudian membentuk pribadi yang juga positif. Hal ini sepertinya juga berlaku untuk sebaliknya.
Fii ayyi ardhin tazro’, sama halnya dengan sawo di halaman rumah yang asin karena kandungan garam tanahnya, sikap toleransi, saling menghargai, gotong royong,  jujur dan sikap-sikap lainnya juga didapat dari perlakuan lingkungan terhadap diri seseorang. Mari berkontribusi terhadap lingkungan positif untuk orang lain Karena…
There are many good people in the word, if you cant find one, be the one.

#alasankenapakitamudik
- mozaiknasional.wordpress.com
- cinikizai.wordpress.com
- samawainsight.blogspot.com

Rumah, 15 Juli 2016

Rabu, 13 Juli 2016

Nasehat la Bungko

Saya lupa awal pembicaraan ini, saya juga bingung kenapa pembicaraan ini mengalir dan saya aminkan.
Sore itu saya bersama si Bungko/bungsu (kholis) berbincang2 di teras rumah, kholis adik bungsu saya yang berumur 15 tahun dan sekarng sedang menikmati masa-masa nyantri di salah satu pondok pesantren kabupaten tetangga. Dia masih kelaas 3 SMP (menurutku terlalu dini) untuk membahas ini :D
Begini kira2 isi percakapan kami:
Kholis: kaka Dini , nanti kalo nyari suami itu yang anak pertama ya.
Saya: emang kenapa Bang?
Kholis: anak pertama biasanya tanggungjawab terus penyayang
Saya: (bengong) terus?
Kholis: jangan cari yang gila sama pekerjaan,
Saya: maksdnya? Kan namanya juga sudah amanahnya seperti itu (memancing)
Kholis: iya kak, kerja ya kerja, tapi keluarga kaka besok harus jadi prioritas, besok pasti kaka dini bakal kerja diluar rumah. Kalo kalian berdua gila kerja, anak kalian sama siapa? Siapa yang didik?
Saya: (kaget, ini anak dapet ilham dari mana), kan kaka dini nanti gak sepanjang hari kerjanya, bakal lebih banyak di rumah dek.
Kholis: iya, itu kaka ngomongnya sekarg, kan gak tau besok2 gmana.
Saya: okdeh, adalagi?
Kholis: kaka kalo bisa nyari yang humoris, yang enak diajak ngobrol. Kakak liat aja kita keluarganya banyak. Kalo dia nggak bisa masuk ke keluarga kan repot. satu lagi kak, dia wajib taat agama dan sayang sama kaka
Saya: (kali ini saya benar-benar speechless), do'ain ya Bang :).

Pembicaraan kami berakhir disitu karena tiba2 mamak muncul dari arah ruang tamu.

Ah, Kholis. Terlepas dari isi pembicaraan si Bungko di atas, Sejak dulu dia tidak pernah berubah. Seperti terlahir akselerasi. Pemikirannya kadang susah ditebak. Selalu bertingkah manja padaku juga Ewi (si anak tengah) banyak hal-hal kecil dari tingkahnya yang buat kami semua merasa *that he loves us with all his heart* misalnya selepas sholat berjamaah dia tiba-tiba akan berbaring dipangkuanku dan meraih tanganku untuk diletakkan di atas kepalanya, atau tiba-tiba mencium pipi kami satu persatu.. ahh tingkah macam ini sangat cukup menjadi #alasankenapakitamudik.
Anyway point penting pemvicaraan diatas dibahas kapan2 ya hihihi

#alasankenapakitamudik
-mozaiknasional.wordpress.com
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com

Minggu, 10 Juli 2016

Perpindahan

Sebenarnya beberapa hari terakhir pikiranku dikuasai oleh makhluk satu ini. "Perpindahan".
Mengapa begitu rumit dan butuh banyak alasan? Bukankah banyak hal yang dipilih tanpa alasan yang difahami benar oleh penonton dan pembaca? Bukankah si lakonlah yang faham betul mengapa ia harus menangis tersedu atau tertawa terbahak?
Ah perpindahan, 
Mengapa harus menyisakan pilihan-pilihan sulit?
Tak cukup rumitkah semesta menggiring kita pada muara-muara yang harus diperjuangkan?
Disadari betul bahwa perpindahan ini kita yang lakoni dengan satu yang Maha Berkendak. Tapi memilih dari dua hal yang sama kuatnya adalah hal sulit. Apalagi alasan yang dilemparkan lumpuh atau mungkin jadi boomerang untuk diri sendiri.
Ah perpindahan.

#alasankenapakitamudik
-mozaiknasional.wordpress.com
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
12 juli 2016, ditemani bau tanah selepas huja  sore tadi

Cerita burasa'

Sudah lama sekali mangkir dari #alasankenapakitamudik, sebenrnya banyak sekali yang bisa diceritakan dihari-hari terakhir ini, mulai dari berburu sinyal, perpindahan, sawo asin sampai burasa' part II.
Oiyah, kalian tau burasa'? Semacam makanan khas orang-orang bugis yang menjadi ikon lebaran. Mungkin di tempat-tempat lain juga ada makanan jenis ini tapi berbeda nama.
Well, burasa' dibuat dari ketan yang dicampur dengan santan (yg sudah dimasak) kemudian di bungkus dengan daun pisang, ada dua jenis daun pisang yang digunakan, pertama daun pisang yang masih muda atau pucuk sebagai bungkusan pertama, nah bungkusan pertama ini ukurannya kecil, sekitar dua-tiga jari dan yang kedua daun pisang yang sudah agak tua dan lebar untuk membungkus beberapa bungkusan kecil menjadi satu.
Bungkusan besar inilah kemudian yang diikat dan dimasak dalam waktu lama, kalian tau berapa lama menunggu untuk burasa' agar bisa disantaP? 6-8 jam vroh, lumayan lama bukan? Tapi apalah arti menunggu untuk sesuatu yang menjadi #alasankenapakitamudik :D.
Selain di masak dalam waktu lama, makanan satu ini juga dimasak dengan tingkat panas (besar api/suhu) yang standar, tidak besar juga kecil, sekali saja pengaturan besar api tidak stabil, maka alamat burasa' akan gagal. Bayangkan bagaimana rasanya melewati proses pembuatan, menunggu tapi kemudian hasilnya gagal karna proses yang salah? Ah, apalah kita manusia hanya bisa berikhtiar (ini ngomongin apa sih?) Haha.
Burasa' biasanya disantap bersama pejabu' (abon ikan) atau dengan poteng (tape ketan), lebih nikmat ditemani secangkir teh hangat, dan dikelilingi orang-orang tersayang.ahhh...... kelar perkara :D
Sebagai gadis Bugis (yang hilang), membuat burasa di setiap lebaran baik idul fitri ataupun idul adha adalah tradisi yang dirindukan, bagaimana tidak, setiap pembuatan buras kami sekeluarga berkumpul didapur mengerjakan tugas masing (semacam latihan tim sesuatu), biasanya aku dan Ewi (si anak tengah) mengisi daun kecil, Kholis (anak bungko/bungsu) mengatur daun2 yang sudah terisi, Mamak menyusun yang kecil menjadi bugkusan besar, dan Bapak yang mengikat, ini tugas yang ajeg, berkali-kali aku mencoba mengatur kedalam yang ukuran besar ada saja kurangnya, begitu juga ketika mencoba meningat selalu saja kurang pas, kalo bukan kendor ya kekencengan. Oiyah gaes, mengikat burasa' juga ada tekniknya lho, harus pas, tidak terlalu lingfar juga tidak kencang, karna jika kendor bisa dipastikan buras yang kita masak akan lembek, begitu juga kalo kencang buras akan mentah meskipun waktu memasaknya sudah lama.
Dari burasa, gadis Bugis (yang hilang ini) belajar banyak hal.
Pertama, burasa' dibuat dari bahan-bahan pilihan, ketan yang dipilih haruslah ketan dengan kualitas terbaik, dicuci dengan sangat bersih (agar tidak mudah basi), santan yang digunakan harus dimasak dengan baik sampai kental dan nampak sedikti bermbinya, daun pisang yang digunkaan haruslah dijemur terlebih dahulu agar mudah ditekuk. Dari ini kita belajar bahwa hal2 baik selalu berisikan yang baik, komposisi niat, tindakan, proses seyogyanya sudah dipilih dan dipilah kualitasnga. Tetntu saja yang terbaik yang dipilih.
Kedua, proses memasaknya yaang melibatkan baanyak orang, melatih kita untuk dapat kooperatif, bekerja di dalam tim dan kompak.
Ketiga,prosesnya yang panjang dan detail, mengajarkan kita bahwa proses adalah kunci dari sebuah perjalanan, ikatan tak boleh terlalu longgar ataupun ketat mengajarkan kita bahwa hal2 baik haruslah sesuai porsinya tidak kurang juga tidak berlebihan, suhu panas stabil juga mengajarkan kita tentang "yang membara" kadang menghanguskan dan "yang terlalu kecil" kadang tak memberi pengaruh apa-apa.
Proses memasak yang lama juga mengajarkan bahwa, sesuatu yang baik tak terburu-buru, butuh kesabaran dalam menanti, hal-hal terbaik datang pada waktu yang tepat dan tak selaalu berarti cepat.
Keempat, buras umumnya disajikan pada moment2 istimeawa, mengapa? Karena yang istimewa hanya untuk yang istimewa :).

Ok, lama belajar tentang burasa. Mari santap buras yang masih hangat ini.

#alasankenapakitamudik
-mozaiknasional.wordpress.com
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com

Sabtu, 09 Juli 2016

Kau dan senja

Tak ada sisa jejakmu disenja tadi
Aku benar-benar telah meinggalkanmu pada senja kemarin hari
Tak ada nanarku melihat senja dibibir pantai sore tadi
Karena senja2 itu kini berbeda.
Tak ada kau disana
Sungguh.
Apakah telah terganti?
Entahlah
Setidaknya senjaku berbeda
Malamku juuga
Ah, kau
Dimana kau sekarng
Masih tersisakah aku pada senjamu?
Pikirku telah kau hapus juga jejakku
Baiklah.
Biarkan saja senja kita masing-masing bercerita.
Tentang menunggu senja2 yang lain.

#Alasankenapakitamudik
cinikizai.wordpress.com
mozaiknasional.wordpress.com

Kamis, 07 Juli 2016

Terimakasih telah bertanya

Sejak kecil, bagiku moment Lebaran selalu beroleh-olehkan pertanyaan menggelitik. Aku ingat betul ketika itu usiaku masih 7 tahun dan tinggal disebuah desa pedalaman (untuk menuju desa tersebut kami menunggang kuda dan menyebrangi beberapa sungai) dan setiap romadhon mudik ke rumah nenek, begitu juga sepupu2kj yang dtang dari berbagai kota lainnya.
Kalian tau? Setiap kali berkumpul seperti itu kakek akan selalu bertanya pada kami tentang juara kelas, nilai2 mata pelajaran tertentu, ekstrakurikuler yang kami ikuti dan hal2 lain yang mungkin bagi bebrrapa orang menjadi pertanyaan apresiasi juga pertanyaan angker untuk yang lain.

Sejak itulah momen lebaran selalu menjadi pengingatku tentang betapa banyak hal yang harus aku perbaiki. Termasuk apa2 yang dilebaran kemudian akan menjadi pertanyaak khlayak handai-tolan, tetangga, teman sejawat.
Sampai saat ini, pertanyaan *yang membangungkan* itu selalu ku nanti di momen lebaran, karena bagiku jiwa yang sering lupa akan tanggungjawab pertanyaan2 semacam itu adalah salah satu suara semesta membangunkanku dari lamunan panjang selama di tanah rantau.

Untuk kalian yang bertanya
Terimakasih telah bertanya "kapan aku lulus?"
Karena pertanyaan itu kemudian aku tersadar bahwa ada org yang menanti kebahagiaanku, atau mungkin menyisipkan kebahagiaannya pada kebahagiaan milikku.

Terimakasih telah bertanya "kerja dimana?"
Karena pertanyaan itulah yang menjadi pengingat tentang betapa umurku saat ini telah masuk pada fase tanggung jawab yang bukan hanya tentang diriku sendiri, tapi juga mereka yang menanti hasil keringatku. Selain itu aku tersadar, sudah waktunya hari2ku melulu tentng buku dan perpustakaan, tapi juga berkarya untuk org lain.

Terimakasih telah bertanya "Untuk apa melanjutkan S2?"
Karena itulah aku tau betapa pentingnya seorang wanita mengenyam penddidikan tinggi, karena darinyalah sekolah generasi di bentuk.
Pertanyaan tentang itupula yang mengingatkanku bahwa brlajar adalah kewajiban bagi siapapun.

Terimakasih telah bertanya "kapan menikah?"
Karena pertanyaan itulah aku sadar bahwa mungkin sudah saatnya tembok tinggi yang ku bangun saat ini agar sedikit demi sedikit dikikis, karena mungkin irang tuaku beranjak berumur dan mereka mendambakan seorang cucu lucu.
Selain itu, pertanyaan kapan menikah, meningingatkanku bahwa sudah saatnya berbenah dengan serius, menyiapkan diri, dan belajar banyak hal sebelm benar2 memutuskan untuk menikah. Mengingatkanku tentang keharusanku melatih diriku sendiri, memperbaiki diri juga berdo'a semoga dia-yang entah siapa- juga sedang berproses.

Terimakasih telah bertanya banyak hal tentang hidupku,
Apakah aku risih? Tidak
Karena aku tau pertanyaan kalian sejatinya hanya basa basi, tapi bagiku pertanyaan kalian adalah do'a, pengingat dan energi semesta yang dibahasakan oleh manusia.
Teruslah bertanya. Bertanyalah terus.
Terimakasih telah bertanya.

Rumah (dgn sinyal tidak menentu) 8 juli 2016
#Alasankenapakitamudik
cinikizai.wordpress.com
mozaiknasional.wordpress.com

Selasa, 05 Juli 2016

Selamat jalan Ramadhan

Tamu agung yang dinanti sebelas bulan lamanya
Bergegas beranjak untuk datang lagi
Pergi meninggalkan jiwa2 yang setengah sedih separuh haru
Pergi bertolak dari nafs2 yang masih haus tak terperih
Haus bak ditengah sahara
Haus akan rahman juga rahim
Buas akan berkah dan ampunan
Maafkan kami wahai tamu agung
Kami mengacuhkanmu dihari2 ini
Sibuk menyiapkan perpisahan dan mengabaikanmu
Maafkan kami.
Tamu agung itu beranjak bersama senja sore in
Tapi entah bertemu ataupun tidak
Tak ada janji untuk itu.
Sebelas bulan dari hari ini
Ramadhan kita diuji
Saabar kita dipertaruhkan
Ikhlas kita dilihat.
Sebelas bulan didepanlah yang akan tau sejauh mana ramadhan kita gandrungi
Esok hari fitri datang
Pun tak ada janji nafas masih berhembus.
Esok fitri,
Semoga yang baru bukan hanya sandang kita
Tapi juga diri kita.