Sabtu, 23 Juli 2016

Selamat hari nasionalmu, nak.

Menangkap kupu tidaklah menggunakan jaring, karena akan merusak sayap-sayap cantiknya, jadilah bunga yang indah, maka kupu-kupu akan mendatanginya dan kaulah pemilik kupu-kupu itu.

Selamat hari anak nasional.

Selamat hari anak Indoonesia untuk seluruh anak negeri. Semoga orang dewasa sadar bahwa dahulu pernah menjadi anak yang mendambakan rasa aman, tuntunan, kasih sayang juga masa depan yang gemilang. Amin

Saya belum sempat mencari landasan historis mengapa hari ini ( 23 Juli) ditetapkan sebagai hari anak nasional, sayapun mengetahuinya dari heboh perbincangan di televisi tentang tantangan, potensi, masalah dan solusi tentang anak di Indonesia. Heboh sekali diperbincangkan, semoga membawa angin segar bagi anak. Tidak hanya menguap begitu saja.
Ada banyak sekali definisi anak yang bertebaran di tengah hiruk pikuk manusia dewasa ini, di sisi sana berkata bahwa anak adalah titipan Tuhan untuk menjadi tanggung jawab kita, ada juga yang bilang Setiap anak dilahirkan ibarat kertas putih -begitulah sekiranya faham nativistik memberi definisi tentang anak-, selain itu ada juga diartikan sebagai investasi untuk kedua orang tuanya. Apapun itu, kita semua sepakat bahwa masa anak-anak adalah masa dimana setiap orang mendapatkan pengalamannya pertamanya tentang banyak hal di dalam fase hidupnya, mulai belajar, berbicara, bersosialisasi, mengenal ekspresi, mengenal intuisi dan masih banyk lagi mengapa masa kanak-kanak menjadi sangat istimewa, maka tidak heran para ahli menyatakan masa ini masa golden age.

Masa anak-anak seringkali disalah-artikan sebagai masa sekolah semata, orang tua menyerahkan pengawasan anak sepenuhnya kepada sekolah dan guru. Padahal jelas sekali tiga pilar pendidikan yang selama ini menjadi maskot yakni orang tua, guru, dan lingkungan. Terlebih saat ini tantangan zaman semakin keras, perkembangan teknologi, pergaulan bebas, faham-faham, dan tantangan-tantangan lain yang memaksa kita lebih kokoh dari zaman dahulu, anak-anak lagi tidak bermain kulit daun jeruk bali, tapi gadget yang dapat mengakses dunia secara bebas. Dari gadgetnya anak-anak bisa mendapat informasi secara bebas, tanpa filter yang akurat. Sekali saja kita-sebagai orang tua, saudara, tetangga, keluarga, guru- lengah maka apa kabar anak-anak di masa akan datang?.

Orang tua, guru dan masyarakat sejatinya sahabat, teman bermain, pendengar, partner dan tuntunan bagi anak, orang tua sebagai pemegang kunci pengasuhan berperan penting di dalam membentuk rasa aman dan pemenuhan kebutuhan mendasar bagi anak seperti kontak fisik, intuisi, dan perhatian, sehingga sebelum seorang anak keluar rumah dia telah “selesai” dengan dirinya sendiri. Pengawasan terhadap bagaimana anak memanfaatkan teknologi, berteman dan komunikasinya juga PR bagi orang tua untuk menjadi perhatian penting, bukankah kita mendambakan anak-anak yang punya kepribadian yang menakjubkan? Dapat bermanfaat? Menajdi pengobat hati? Menjadi yang sholeh yang mengalirkan do’anya untuk kita kelak?.

Keluar dari rumah menuju sekolah, disanalah anak-anak mendapat bekal keilmuan, pengetahuan dan budi pekerti juga teman. Dari sekolahlah anak tau ilmu haruslah berjalan beriringan dengan kejujuran, tanggungjawab, kedisiplinanan dan juga kerjasama. Tidak mudah memang, tapi guru yang mentrasfer “rasa” bukan hanya ilmu akan menuai anak yang juga mengerti lebih dari ilmu tapi juga tanggungjawabnya sebagai orang berilmu.

Kemudian, masyarakat? setelah keluar dari rumah dengan “diri”nya yang telah utuh dan berbekal pengetahuan dari sekolah, lantas dimana anak hidup berkembang? Dimana anak akan beraktualisasi? Dimana lagi jika tidak di masyarakat lingkungannya. Maka disinilah anak mendapatkan haknya sebagai manusia yang berkebutuhan terpenuhi. Masyarakat yang madani adalah representasi masyarakat sehat untuk tumbuh kembang anak. Bagaimana bentuknya? Sederhananya adalah masjid yang ramai ketika waktu sholat, gotong royong bersih kampung,  menjenguk tetangga yang sakit dan seterusnya.
Kitalah sebenarnya bunga itu, tak perlu kita semua menjadi jaring kuat yang kemudian akan merusak sayap mereka (anak), mari jadi bunga indah untuk mereka hinggapi dan nikmati sarinya
23 juni 2016

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar