Rabu, 20 Juli 2016

Anak Pesisir

Anak pesisir,
Belajar luas, seluas samudra
Belajar menjadi luas dalam merasa
Tak asin hanya dengan segenggam garam
Tak manis hanya karna sesendok gula
Tak juga keruh hanya dengan seonggok lumpur
Menyimpan kekayaan tak terlihat manusia
Dalam tempatnya, tak nampak jeas kecuali bagi mereka
Bagi mereka yang juga mencari.

Anak pesisir,
Belajar kokoh, sekokoh karang
Tak peduli sekras apa ombak menghantam
Tak merasa tersakiti setiap hempasannya
Tetap kokoh, perkasa, tapi berwibawa
Karang membiarkan dirinya tak sempurna untuk tetap bertahan
Kokoh berdiri tanpa menafikkan keberadaan yang lain

Anak pesisir,
Belajar ketidakpastian dari alam
Dari hujan yang tak tentu turunnya
Dari angin yang kadang salah terka arahnya
Dari malam yang dinginnya sampau tulang
Dari bintang yang kadang tertutup awan
Dari bulan penerang yang juga kadang tertutup mega

Anak pesisir,
Siap tersebar, seperti pasir
Menyebar, menyebarluaskan kebaikan
Memberi manfaat
Tak menjadi rintangan bagi mahluk lain,
Bahkan ditinggali karna hangatnya
Didatamgi karena ketenangnnya.

Anak pesisir,
Belajar jarak dari perjalanan yang ditempuhnya
Belajar tangguh ditengah ombak
Belajar spasi dari bulan
Ketika rembulan, anak pesisir belajar menepi
Tak ada kompromi
Begitulah adanya
Belajar bahwa, sejauh apapun berlayar
Berhenti sejenak untuk kembali merindukan ombak dan malam selanjutnya
Berhenti adalah bahasa semesta, untuk dipelajari
Bahwa setiap permulaan akan ada akhirnya

Anak pesisir,
Belajar menepi pada bibir dermaga
Belajar tentang waktu yang tepat akan dtang
dan layar dapan dikambangkan
belajar tentang suara alam

anak pesisir,
mencatat pelajarannya di dalam benak tajamnya
bahwa, rumah adalah tujuan pulang
dimana kehangatan didapatkan.
karna samudra terkadang menguji.

anak pesisir yang (terus) belajar.
19 juli 2016

#alasankenapakitamudik
-cinikizai.wordpress.com
-samawainsight.blogspot.com
-mozaiknasional.wordpress.com

*inilah senja anak pesisir, indah bukan? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar