Minggu, 17 Juli 2016

Rumah, Kholis dan Robbany

Dua hari belakangan ini rumah kami drastis sepi, si Bungko Kholis harus kembali ke asramanya, kembali menghafalkan ayat-ayat Suci Sang Rahman, hadits warisan baginda Ummat, mahfudzot syarat makna, muthalaah penuh hikmah dan sederet ilmu yang tak ada habisnya untuk ditenggelami, kholis kembali pada rutinitasnya sebagai penuntut ilmu di atas tanah yang kami sebut *Bunda Robbany*.
Sabtu kemarin, sebelum berangkat Kholis seperti biasa memperlihatkan sifat manjanya padaku, memelukku erat dan mengalir bulir-bulir bening dari kedua matanya (ah, adik tetap saja adik. Tak peduli setangguh apapum dia terlihat di luar rumah akan tetapi ketika kembali adik tetap saja adik). Berkali-kali ku tepuk bahunya, menguatkan, sembari ku bisikkan padanya penguat-penguat menjalani hari jauh dari rumah, jauh dari Bapak juga Mamak, dari kami kakak-kakaknya, aku tau penguat itu mungkin terdengarbiasa saja tapi aku yakin kata-kata yang kami bisikkanlah obat lelahnya di tanah rantau.

Kurang lebih tiga minggu di rumah, kehangatan yang menjadi #alasankenapakitamudik benar-benar merangkul kami dengan sempurna, bagi kami- keluarga kecil yang hanya lengkap ketika ramadhan- moment ini adalah moment paling dinanti, moment manis, moment yang menjadi alasan kami rindu rumah kami, rindu tanah kelahiran kami, moment ini seolah memanggil kami untuk selalu kembali ke rumah kembali mendapat pelukan hangat, tertawa renyah sekali, membahas hal-hal konyol di antara kami, bernostalgia dengan kebiasaan-kebiasaan masa kecil kami, sholat berjama'ah dan saling mengaminkan, tadarrus bersama dan saling menyimak dan tashih, mamak yang masak menu-menu favorit kami bergantian, jalan pagi2 ba'da shubuh dan menyaksikan matahari terbit berlima, gotong royong berberes rumah hari-hari  sebelum lebaran, ah, manis sekali kebersamaan ini. Bersamai kami Ya Rabb, bersamakan kami di JannahMu kelak. Aamiin

Kholis adikku, berangkatlah kau kesana, nikmatilah setiap keharusanmu  bangun pagi kemudian menyentuh air midho'a dengan kantuk yang menyiksa, nikmatilah setiap mufrodhat/vocabularies bahkan muhadatsah  yang kau dapatkan setiap pagi, nikmatilah piring-piring nasimu dengan lauk paling nikmat karena kau menyantapnya ketika lapar tak lagi bersahabat, nilmatilah kewajuban2mu terhadap hafalan yang harus disetorkan selepas maghrib dihadapan para gurumu, nikmatilah soremu disana, sore dengan senja menawan lengkap dengan suara sayup dari corong masjid Abwab Arrahmah dan menutup hari dengan takbir dan tahmid. Nikmatilah sayang. Karena esok lusa ketika kau tak lagi disana, rindumu akan sangat membuncah.

Kholis adikku, arungi perjalananmu dengan bekal prinsip yang kau miliki, bertemanlah dengan banyak orang, dengarkan kisah menakjubkan mereka, bacalah deretan buku2 di maktabah karena disanalah bermuara hikmah juga pengetahuan. Hargai dan hormati guru-gurumu karena merekalah perantara yang Allah pertemukan denganmu untuk bekal ilmu dan amalmu.

Kholis adikku, esok lusa jika kau rindu rumah, berdo'alah karena do'alah tali terkuat untuk menyampaikan rindu-rindu kita, yakinlah bahwa rindu kita bersua diatas arsy dan saling mengaminkan.

Kholis adikku, sampaikan salam rindu kakakmu ini kepada tempat itu, kepada surau disana, kepada guru-guru disana, kepada para asatidz dan asaatidzaat, kepada maktabah tempatku menghabiskan sore, kepada math'am tempat kita memperbaharui energi. Sampaikan salam tak terbatas untuk Bunda Rabbany.

Sudah malam, dirumah kakak nonton tv sendiri, biasanya kita bertiga nonton sambil menjaili satu sama lain. Kakak mengantuk. Kita lanjutkan besok ya :)

Rumah, 17 juli 2016

#alasankenapakitamudik
- mozaiknasional.wordpress.com
- cinikizai.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar